Organisasi ini mendefinisikan penembakan massal sebagai insiden di mana empat orang atau lebih ditembak atau terbunuh, tidak termasuk pelaku.
Menurut organisasi itu, AS menutup tahun 2021 dengan 693 peristiwa penembakan massal. Tahun sebelumnya tercatat 611 kasus, dan pada tahun 2019 tercatat 417 kasus.
Sementara itu, Education Week mencatat pada 2021 terjadi 34 insiden serupa di institusi pendidikan, yang merupakan angka tertinggi sejak organisasi itu memulai pencatatan.
Pada 2020, tercatat 10 penembakan di sekolah. Sementara pada 2019 serta 2018, tercatat 24 kasus penembakan di sekolah.
1 dari 4 korban penembakan massal adalah anak-anak
Data yang dihimpun Everytown menyebutkan, satu dari empat korban penembakan massal adalah anak-anak dan remaja.
Everytown mendefinisikan penembakan massal sebagai setiap insiden di mana empat orang atau lebih ditembak dan dibunuh, tidak termasuk pelaku.
Merujuk pada definisi itu, AS mengalami rata-rata 19 penembakan massal setiap tahun, mulai dari 15 pada 2010 dan 2014 hingga tertinggi 24 pada 2011 dan 2013.
Antara 2009 dan 2020, 1.363 orang di AS tewas dan 947 lainnya terluka dalam 240 penembakan massal, rata-rata 20 penembakan setiap tahun.
Di antara korban, setidaknya 362 anak-anak dan remaja tewas serta 21 petugas penegak hukum tewas dan 35 terluka.
Di hampir semua penembakan massal selama periode ini, penembaknya adalah seorang pria dewasa yang bertindak sendiri.
Sebanyak 32 persen dari penembak massal, atau 92 penembak, berakhir dengan pelaku yang meninggal karena bunuh diri, dan 24 penembak lainnya dibunuh oleh penegak hukum.
Sisanya, 145 penembak massal, ditahan oleh penegak hukum, sementara hasil penyelidikan dan identitas 23 pelaku lainnya masih tetap tidak diketahui.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.