Atas laporan ini, Pusat Perlindungan Infrastruktur Nasional, yang melapor ke MI5, menyerukan kepada staf pemerintah Inggris untuk mengambil tindakan sebagai berikut:
Profil palsu di LinkedIn tidak hanya membahayakan satu atau dua individu saja.
Pada kasus yang lebih parah, mantan petugas CIA, Kevin Mallory pernah tertipu melalui LinkedIn. Dia sampai membocorkan rahasia militer kepada seorang agen China yang membuat profil LinkedIn palsu.
Atas ketidakhati-hatiannya, Mallory dijatuhi hukuman penjara selama 20 tahun atas kasus tersebut.
Hany Farid, pakar forensik media digital di University of California dan Sophie J. Nightingale dari Lancaster University menulis studi tentang foto hasil rekayasa internet.
Studi mereka menemukan bahwa orang menganggap foto wajah buatan komputer sedikit lebih dapat dipercaya daripada wajah asli.
Farid menduga itu karena AI menempelkan fitur wajah paling umum atau familiar.
"Wajah itu cenderung terlihat bisa dipercaya, karena familiar kan? Sepertinya orang yang kita kenal," kata Farid.
Seiring kemajuan kecerdasan buatan, para peneliti memperkirakan akan semakin sulit untuk mendeteksi gambar yang dibuat komputer dengan mata telanjang, belum lagi dengan audio dan video palsu.
Setelah peneliti Stanford melaporkan kepada LinkedIn tentang profil palsu, LinkedIn mengatakan telah menyelidiki dan menghapus akun-aku yang terbukti melanggar kebijakan paltform.
LinkedIn juga memperbarui aturan untuk tidak membuat profil palsu atau memalsukan informasi. Namun pihak LinkedIn tidak memberikan rincian tentang metode penyelidikannya.
"Kebijakan kami memperjelas bahwa setiap profil LinkedIn harus mewakili orang sungguhan. Kami terus memperbarui pertahanan teknis kami untuk mengidentifikasi profil palsu dengan lebih baik dan menghapusnya dari komunitas kami, seperti yang kami lakukan dalam kasus ini," kata juru bicara LinkedIn, Leonna Spilman dalam sebuah penyataan.
"Pada akhirnya, ini semua tentang memastikan anggota kami dapat terhubung dengan orang-orang nyata, dan kami fokus untuk memastikan mereka memiliki lingkungan yang aman untuk melakukan hal itu," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.