Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Wajah dan Profil Palsu di LinkedIn

Kompas.com - 29/03/2022, 08:45 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Platform jaringan profesional bagi para perekrut dan pencari kerja, LinkedIn bisa sangat berguna bagi mereka yang membutuhkan pekerjaan.

Namun, beda cerita jika banyak profil LinkedIn palsu yang dibuat untuk merugikan pihak tertentu.

Masih ingat Mat Rona, seorang sopir lulusan sekolah dasar yang menjadi sorotan media sosial pekan lalu?

Diberitakan Kompas.com, Rabu (23/3/2022), Mat Rona mengunggah curriculum vittae (CV) di LinkedIn dan mendapat ribuan tanggapan. Dia pun akhirnya mendapat pekerjaan sebagai sopir di sebuah perusahaan.

Itu adalah contoh bagaimana platform penyedia lowongan kerja berdampak baik bagi seseorang.

Baca juga: Kerangka Ular Raksasa Tertangkap Satelit Google Maps, Ini Faktanya...

Namun, platform LinkedIn juga tidak lepas dari oknum yang ingin mengambil keuntungan atau merugikan pihak tertentu dengan menggunakan profil palsu.

Sebagian besar profil palsu itu menggunakan foto yang dibuat dengan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.

Jangankan masyarakat awam, mantan agen intelejen Amerika Serikat (CIA) saja bisa tertipu dengan akun palsu di LinkedIn. Dia bahkan dijatuhi hukuman penjara 20 tahun karena ketidakhati-hatiannya.

Bagaimana penipuan di LinkedIn bekerja?

Foto palsu hasil rekayasa komputer

NPR, pada Minggu (27/3/2022), membuat laporan mengenai keberadaan profil LinkedIn palsu yang menawarkan peningkatan penjualan perusahaan.

Contohnya akun LinkedIn atas nama Keenan Ramsey, yang menawarkan prospek penjualan online dan memperkenalkan produk secara langsung kepada pengguna LinkedIn. Namun sebenarnya akun itu palsu.

Lebih dari 70 bisnis terdaftar sebagai pemberi kerja di profil palsu ini. NPR tidak menemukan aktivitas ilegal dari akun Ramsey, tetapi foto profilnya terbutki dibuat dengan rekayasa komputer.

Ini menggambarkan bagaimana metode pembuatan wajah palsu telah menyebar di dunia korporat.

Baca juga: Kisah Anna Delvey Menipu Sosialita New York dan Penyesalannya di Penjara...

Sepintas, profil Ramsey terlihat seperti profil lainnya di LinkedIn.

Akun itu memiliki foto wajah polos dengan senyum kaku, disertai deskripsi pekerjaan di RingCentral, sebuah perusahaan perangkat lunak.

Melalui fitur riwayat pendidikan, dia mengklaim memiliki gelar sarjana bisnis dari New York University (NYU) dan memberikan daftar ketertarikan untuk CNN, Unilever, Amazon, Yayasan Melinda French Gates.

Namun, setelah ditelusuri, baik ke pihak RingCentral maupun NYU, tidak ada riwayat karyawan dan alumni bernama Keenan Ramsey.

Ketika foto profil akun Ramsey diamati lekat-lekat, nampak ada keanehan. Seperti anting yang hilang satu, posisi rambut sebelah kanan yang hilang/blur, penempatan mata, serta latar belakang foto yang mencurigakan.

Teknologi yang kemungkinan besar digunakan untuk membuat foto yang dikenal sebagai generative adversarial network (GAN) yang baru ada pada 2014.

Namun teknologi ini berkembang cepat hingga dapat menciptakan wajah seperti asli berdasarkan kumpulan data foto orang sungguhan.

Pesan Ramsey yang ditujukan pada beberapa pengguna LinkedIn diduga kuat merupakan upaya phishing.

Hal ini diketahui ketika salah satu pengguna LinkedIn, Renée DiResta menerima pesan dari Remsey dan mendapat pesan serupa dari akun-akun lainnya dengan isi pesan dan emoji identik.

Profil mereka memiliki pola yang sama. Banyak yang mengeklaim sebagai manajer pengembangan bisnis, eksekutif developer penjualan, manajer pertumbuhan, dan spesialis demand generation.

Mereka mencantumkan daftar singkat dua atau tiga mantan majikan atau perusahaan tempat mereka pernah bekerja. Kadang mencatut nama perusahaan terkenal, seperti Amazon dan Salesforce, tanpa rincian tentang pengalaman tersebut.

Banyak juga profil menggunakan riwayat pendidikan mirip. Misalnya, beberapa mengaku telah menerima gelar sarjana administrasi bisnis, seperti di Universitas Columbia, yang padahal tidak membuka jurusan untuk gelar sarjana bisnis.

NPR menghubungi 28 universitas untuk mengonfirmasi riwayat pendidikan 57 profil LinkedIn yang diduga palsu.

Hasilnya, dari 21 sekolah yang menanggapi, tidak ada lulusan atau catatan dari 57 profil tersebut.

Kasus LinkedIn palsu di Inggris

Pada 2021, layanan keamanan Inggris, MI5 melaporkan sedikitnya 10.000 warga negara Inggris telah didekati oleh profil palsu selama lima tahun terakhir.

MI5 tidak secara spesifik menyebut LinkedIn, namun BBC pada 20 April 2021, mengetahui bahwa platform milik Microsoft ini memang merupakan pihak yang terlibat.

Berawal dari permintaan koneksi, profil-profil palsu itu menawarkan bisnis dan upaya untuk merekrut, tetapi sebenarnya mencoba mencuri data pribadi pengguna LinkedIn.

Atas laporan ini, Pusat Perlindungan Infrastruktur Nasional, yang melapor ke MI5, menyerukan kepada staf pemerintah Inggris untuk mengambil tindakan sebagai berikut:

  • mengenali profil jahat/palsu
  • menyadari potensi ancaman
  • melaporkan profil yang mencurigakan ke manajer keamanan
  • menghapus profil palsu.

Profil palsu di LinkedIn tidak hanya membahayakan satu atau dua individu saja.

Pada kasus yang lebih parah, mantan petugas CIA, Kevin Mallory pernah tertipu melalui LinkedIn. Dia sampai membocorkan rahasia militer kepada seorang agen China yang membuat profil LinkedIn palsu.

Atas ketidakhati-hatiannya, Mallory dijatuhi hukuman penjara selama 20 tahun atas kasus tersebut.

Mengapa profil palsu bisa mengelabui orang-orang?

Hany Farid, pakar forensik media digital di University of California dan Sophie J. Nightingale dari Lancaster University menulis studi tentang foto hasil rekayasa internet.

Studi mereka menemukan bahwa orang menganggap foto wajah buatan komputer sedikit lebih dapat dipercaya daripada wajah asli.

Farid menduga itu karena AI menempelkan fitur wajah paling umum atau familiar.

"Wajah itu cenderung terlihat bisa dipercaya, karena familiar kan? Sepertinya orang yang kita kenal," kata Farid.

Seiring kemajuan kecerdasan buatan, para peneliti memperkirakan akan semakin sulit untuk mendeteksi gambar yang dibuat komputer dengan mata telanjang, belum lagi dengan audio dan video palsu.

Pembaruan kebijakan LinkedIn

Setelah peneliti Stanford melaporkan kepada LinkedIn tentang profil palsu, LinkedIn mengatakan telah menyelidiki dan menghapus akun-aku yang terbukti melanggar kebijakan paltform.

LinkedIn juga memperbarui aturan untuk tidak membuat profil palsu atau memalsukan informasi. Namun pihak LinkedIn tidak memberikan rincian tentang metode penyelidikannya.

"Kebijakan kami memperjelas bahwa setiap profil LinkedIn harus mewakili orang sungguhan. Kami terus memperbarui pertahanan teknis kami untuk mengidentifikasi profil palsu dengan lebih baik dan menghapusnya dari komunitas kami, seperti yang kami lakukan dalam kasus ini," kata juru bicara LinkedIn, Leonna Spilman dalam sebuah penyataan.

"Pada akhirnya, ini semua tentang memastikan anggota kami dapat terhubung dengan orang-orang nyata, dan kami fokus untuk memastikan mereka memiliki lingkungan yang aman untuk melakukan hal itu," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Jokowi dan Megawati di Istana pada 2016

[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Jokowi dan Megawati di Istana pada 2016

Hoaks atau Fakta
Hoaks, Spongebob Squarepants Terinspirasi Kisah Tragis Bocah 9 Tahun

Hoaks, Spongebob Squarepants Terinspirasi Kisah Tragis Bocah 9 Tahun

Hoaks atau Fakta
Konten Satire soal Rekonstruksi Wajah Hawa dalam Tiga Dimensi

Konten Satire soal Rekonstruksi Wajah Hawa dalam Tiga Dimensi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Raffi Ahmad Promosikan Judi 'Online'

[HOAKS] Video Raffi Ahmad Promosikan Judi "Online"

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Ikan Raksasa di Danau Hogganfield pada 1930

[HOAKS] Foto Ikan Raksasa di Danau Hogganfield pada 1930

Hoaks atau Fakta
Kilas Balik Penayangan Episode Terakhir 'Friends' pada 2004

Kilas Balik Penayangan Episode Terakhir "Friends" pada 2004

Sejarah dan Fakta
CEK FAKTA: Benarkah Perubahan Iklim Sebabkan Kasus DBD Meningkat?

CEK FAKTA: Benarkah Perubahan Iklim Sebabkan Kasus DBD Meningkat?

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Mitos dan Kabar Bohong Penularan HIV/AIDS di Kolam Renang...

INFOGRAFIK: Mitos dan Kabar Bohong Penularan HIV/AIDS di Kolam Renang...

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Konten Satire, Jokowi Perlihatkan Kartu Kabur Saat Demo Sambil Tertawa

INFOGRAFIK: Konten Satire, Jokowi Perlihatkan Kartu Kabur Saat Demo Sambil Tertawa

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Tidak Benar Pertalite Sudah Tidak Tersedia di SPBU Pertamina

[KLARIFIKASI] Tidak Benar Pertalite Sudah Tidak Tersedia di SPBU Pertamina

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Belum Ada Penunjukan Sivakorn Pu-Udom Jadi VAR Laga Indonesia Vs Guinea

[KLARIFIKASI] Belum Ada Penunjukan Sivakorn Pu-Udom Jadi VAR Laga Indonesia Vs Guinea

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] 1 Juta Ton Beras Sintetis Beracun dari China

[HOAKS] 1 Juta Ton Beras Sintetis Beracun dari China

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Ratusan Tentara China Mendarat di Indonesia

[HOAKS] Ratusan Tentara China Mendarat di Indonesia

Hoaks atau Fakta
Kumpulan Hoaks Kaitkan Ronaldo dengan Piala Asia U23 dan Timnas Indonesia...

Kumpulan Hoaks Kaitkan Ronaldo dengan Piala Asia U23 dan Timnas Indonesia...

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pfizer Meminta Maaf karena Promosi Vaksin Covid-19 Ilegal

[HOAKS] Pfizer Meminta Maaf karena Promosi Vaksin Covid-19 Ilegal

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com