Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polemik Herbal: Bermanfaat, tetapi Disalahpahami untuk Pengobatan Covid-19

Kompas.com - 25/01/2022, 15:09 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

KOMPAS.com - Ramuan herbal memiliki segudang manfaat bagi tubuh, tetapi khasiatnya kerap disalahpahami sebagai penangkal virus corona. Bahkan, ramuan herbal juga dijadikan pembenaran untuk tidak mentaati protokol kesehatan.

Sebanyak 2.927 kasus Covid-19 dilaporkan pada Senin (24/1/2022) di Indonesia. Ini merupakan penambahan kasus tertinggi selama tiga bulan terakhir.

Sudah lima hari berturut-turut, terjadi penambahan di atas 2.000 kasus per hari.

Di tengah lonjakan kasus seiring dengan merebaknya varian Omicron di Indonesia, narasi mengenai penggunaan ramuan herbal dari obat tradisional kembali diperbincangkan.

Beredar narasi bahwa dengan mengkonsumsi ramuan dari serai, lengkuas, jahe atau kunyit, dipercaya bisa menghambat replikasi virus. Bagaimana faktanya?

Baca juga: [HOAKS] Ramuan 131 Mencegah Infeksi dan Replikasi Virus

Tetap harus taat prokes

Koordinator Klinik Saintifikasi Jamu Hortus Medicus B2P2TOOT Kemenkes, dr Danang Ardiyanto, mengatakan bahwa isu ramuan herbal bisa menangkal virus, berkembang sejak awal pandemi Covid-19.

"Perlu digarisbawahi terlebih dahulu bahwa sampai saat ini, jangankan obat tradisional, yang obat konvensional atau obat modern pun untuk virus corona itu saja kan belum ada, sekarang saja masih tahap penelitian dan pengembangan," kata Danang kepada Kompas.com, Selasa (25/1/2022).

Penelitian terhadap beberapa jenis obat dan metode pengobatan yang efektif dalam mengatasi Covid-19 masih terus dilakukan.

Sehingga pengobatan modern yang diberikan sekarang, menurut Danang, sifatnya masih konsensus.

Baca juga: Prediksi Ahli soal Covid-19 di Tahun 2022 Setelah Gelombang Infeksi Omicron

Danang menyayangkan, masyarakat yang salah paham terkait khasiat ramuan herbal sehingga menjadi pembenaran untuk tidak mentaati protokol kesehatan 5M.

"Untuk pencegahan virus corona, itu kan tetap prokes 5M dan sebagainya itu tetap nomor satu," kata Danang.

Peningkat daya tahan tubuh

Meski ramuan herbal memberikan manfaat bagi tubuh, tetapi belum ada penelitian untuk khasiatnya terhadap penyembuhan Covid-19.

"Bahwa sampai saat ini belum ada satu penelitian pun yang mempublikasikan penggunaan tradisional untuk penyembuhan virus corona," kata Danang.

Dia menjelaskan, bahwa ramuan seperti kunyit, jahe, serai, atau lengkuas baik dikonsumsi untuk menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh.

"Sebetulnya, masuknya adalah untuk peningkatan daya tahan tubuh. Kalau misalkan tanaman-tanaman obat, termasuk kunyit, jahe, serai, atau pun lengkuas, itu untuk penelitian-penelitian terkait tanaman obat tunggalnya sebagai imunomodulator atau peningkat daya tahan tubuh, itu memang sudah ada," ujar dia.

Ilustrasi herbal lengkuasPixabay/imoflow Ilustrasi herbal lengkuas
Sebagai informasi, imunomodulator adalah zat alami atau sintetis yang membantu mengatur atau menormalkan sistem kekebalan tubuh.

Penelitian terkait itu pernah dipublikasikan Perpustakaan Kedokteran Nasional Amerika Serikat (AS) pada 2020, tentang Terapi Pharmaco-Immunomodulatory pada Covid-19.

"Dengan daya tubuh yang meningkat, harapannya ini mengurangi probabilitas atau kemungkinan terkena. Masuknya, areanya sebetulnya untuk menjaga, meningkatkan daya tahan tubuh," kata Danang.

Danang mengatakan, masyarakat Indonesia erat dengan pengobatan herbal karena merasakan manfaatnya secara nyata.

"Bagus dikonsumsi tetapi dalam ranah menjaga kebugaran, meningkatkan daya tahan tubuh. Jahe kunyit kan bisa menambah napsu makan juga, meredakan kembung, kalau di Jawa untuk meredakan masuk angin," ujar dia.

Baca juga: 9 Obat Herbal Stroke yang Ampuh Bantu Kembalikan Fungsi Otak

Selain itu, manfaat lain dari obat herbal menurut Danang, yakni mengurangi mual, kembung, dan meredakan nyeri otot.

Kendati demikian, hanya beberapa herbal yang terbukti memiliki reaksi terhadap virus.

Khasiat herbal yang berkaitan dengan virus

Berikut beberapa herbal yang berkaitan dengan virus:

1. Kunyit

Kunyit mengandung curcumin, dihycrocurcumin, dan hezahydrocurcumin. Ilmuan telah melaporkan adanya aktivitas antioksidan, imunomodulasi, antiinflamasi, dan antimokroba. Penelitian terkait kunyit, dapat dilihat di sini.

2. Jahe

Jahe memiliki tingkat antioksidan tinggi yang membantu mengurangi stres oksidatif dan menghambat produksi superoksida. Ekstrak jahe kering juga dilaporkan memiliki aktivitas anitinflamasi dan analegsik yang kuat. Lihat hasil penelitiannya di sini.

Sementara, dalam laporan ini, jahe juga dilaporkan memiliki efek baik terhadap virus H1N1 atau flu babi dan virus syncytial pernapasan manusia.

Penting dicatat, hasil penelitian itu tidak serta merta bisa disimpulkan bahwa ramuan yang terbuat dari kunyit dan jahe bisa menghambat replikasi virus.

Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), dr Inggrid Tania MSI., mengatakan bahwa belum ada pembuktian untuk antivirus dari SARS-CoV-2.

"Kalau kita lihat masing-masing, kayak serai, lengkuas, jahe, kunyit, itu masing-masing punya sifat sebagai antivirus, ada penelitiannya. Tetapi memang tidak semuanya sudah diteliti sebagai antivirus Covid-19," kata Inggrid saat dihubungi Kompas.com, Selasa (25/1/2022).

Menurut pihaknya, sifat antivirus pada masing-masing herbal hasilnya juga akan berbeda ketika herbal tersebut digabungkan. Misalnya, menjadi suatu ramuan.

"Jadi kalau digabung secara keseluruhan, misalnya ramuan tersebut serai lengkuas jahe kunyit kalau ada klaim bisa mencegah infeksi virus, itu harus ada penelitiannya. Sedangkan belum ada penelitiannya," ucap Inggrid.

Penelitiannya baru secara in vitro

Inggrid menambahkan, sempat ada pengujian untuk tanaman herbal terhadap virus SARS-CoV-2. Namun, penelitiannya baru sebatas in vitro.

"Yang sudah diteliti secara in vitro untuk virus SARS-CoV-2 itu misalnya kunyit, jahe. Itu ada memang, ada penelitiannya, tetapi kembali lagi itu kan penelitian per satu tanaman obat, dan itu penelitiannya masih in vitro," kata Inggrid.

Sebagai informasi, in vitro adalah pengujian kandidat obat yang dilakukan pada tabung reaksi. Penelitian ini untuk mempertemukan antara kandungan dalam tanaman herbal dengan virus, kemudian dilihat reaksinya.

Penelitian in vitro tidak bisa menjadi dasar untuk penggunaan suatu obat, karena belum melalui tahap pengujian terhadap tubuh manusia.

"Jadi belum ada uji klinik pada tubuh manusia," kata Inggrid.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[HOAKS] Timnas Guinea Didiskualifikasi dari Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Timnas Guinea Didiskualifikasi dari Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Evakuasi Warga Palestina dari Gaza Utara, Bukan Rafah

[KLARIFIKASI] Video Evakuasi Warga Palestina dari Gaza Utara, Bukan Rafah

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Timnas Sepak Bola Indonesia Resmi Lolos Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Timnas Sepak Bola Indonesia Resmi Lolos Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Konten Satire Perlihatkan Wajah Hawa Mirip Taylor Swift

INFOGRAFIK: Konten Satire Perlihatkan Wajah Hawa Mirip Taylor Swift

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan McDonald's Terbengkalai, Simak Penjelasannya

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan McDonald's Terbengkalai, Simak Penjelasannya

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Tsunami di Jepang pada 2011, Bukan 2024

[KLARIFIKASI] Video Tsunami di Jepang pada 2011, Bukan 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Perkelahian Antarpekerja Berlokasi di Afrika Barat

[KLARIFIKASI] Video Perkelahian Antarpekerja Berlokasi di Afrika Barat

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Prabowo Tawarkan Bantuan melalui WhatsApp

[HOAKS] Prabowo Tawarkan Bantuan melalui WhatsApp

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Rihanna Hadiri Met Gala 2024

[HOAKS] Foto Rihanna Hadiri Met Gala 2024

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Wasit Terbukti Curang, Laga Indonesia Vs Guinea Diulang

[HOAKS] Wasit Terbukti Curang, Laga Indonesia Vs Guinea Diulang

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Venus Dibuat Pakai Bahasa Pemrograman dan Photoshop

[KLARIFIKASI] Foto Venus Dibuat Pakai Bahasa Pemrograman dan Photoshop

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Hoaks! FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

[VIDEO] Hoaks! FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Bisakah DPR Menolak Pindah ke IKN dan Tetap Berkedudukan di Jakarta?

INFOGRAFIK: Bisakah DPR Menolak Pindah ke IKN dan Tetap Berkedudukan di Jakarta?

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Tidak Benar 'Time' Tampilkan Donald Trump Bertanduk di Sampul Majalah

INFOGRAFIK: Tidak Benar "Time" Tampilkan Donald Trump Bertanduk di Sampul Majalah

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Benarkah Ada Fenomena Bulan Kembar di Pegunungan Arfak?

[VIDEO] Benarkah Ada Fenomena Bulan Kembar di Pegunungan Arfak?

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com