Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peristiwa Malari pada 15 Januari 1974 dan Tuntutan Mahasiswa yang Terabaikan

Kompas.com - 15/01/2022, 15:16 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mahasiswa yang turun ke jalan pada 15 Januari 1974, tidak ada yang menyangka hari itu akan menjadi malapetaka. Peristiwa itu kemudian dikenal dengan "Malapetaka 15 Januari 1974" atau Malari.

Ribuan mahasiswa yang dipimpin Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Hariman Siregar, menggelar aksi unjuk rasa di sejumlah tempat di Jakarta.

Mereka melakukan long march dari Kampus UI di Salemba, menuju Universitas Trisakti, Jalan Kiai Tapa, Jakarta Barat.

Pengabaian kepentingan rakyat oleh penguasa, mendorong gerakan mahasiswa turun ke jalan untuk menuntut perubahan.

Di hadapan rezim Orde Baru, mereka menyatakan sikap menolak masuknya investasi asing yang berpotensi membuka celah korupsi di pemerintahan, serta berdampak buruk bagi lingkungan dan hak asasi manusia.

Baca juga: Peristiwa Malari 1974, Benarkah Aksi Mahasiswa Jadi Pemicu Kerusuhan?

Dengan landasan itu, Hariman Siregar dan ribuan massa aksi lainnya menentang kebijakan modal asing yang tidak berpihak pada rakyat.

Sayangnya, gerakan itu disusupi pihak luar sehingga terjadi kerusuhan, kekerasan, dan penjarahan.

Tercatat, sedikitnya 11 orang meninggal, 300 luka-luka, dan 775 orang ditahan. Sebanyak 807 mobil dan 187 sepeda motor dibakar, 144 bangunan rusak, serta 160 kilogram emas hilang dari sejumlah toko perhiasan.

Imbasnya, Hariman dijebloskan ke dalam penjara. Diberitakan Harian Kompas, 23 Desember 1974, Hariman dinyatakan melakukan tindak pidana subversi. Dia dituduh sebagai dalang di balik peristiwa Malari.

Hariman akhirnya menjalani penjara sekitar dua tahun enam bulan. Namun, dalam proses itu, ayah dan anak kembarnya meninggal, sedangkan istrinya menderita sakit.

Baca juga: Mengenang Malari, Saat Mahasiswa Melawan Rencana Investasi Soeharto

Tuntutan massa aksi

Kekelaman peristiwa Malari menutupi apa yang sebenarnya ingin disuarakan oleh mahasiswa saat itu.

Sejak pemberlakuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, pemerintah mempermudah para pengusaha melakukan investasi, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Itu adalah undang-undang yang dikeluarkan, segera setelah Soeharto menjabat sebagai presiden.

Kaum intelektual, yang diwakili oleh para mahasiswa dan pelajar, melihat kebijakan tersebut tidak mempertimbangkan dampak kerusakan alam dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di balik investasi besar-besaran.

Berlandaskan itu, mahasiswa dan pelajar memaklumatkan Apel Tritura 1974.

Mereka menuntut pemerintah menurunkan harga bahan pokok, membubarkan lembaga asisten presiden (aspri), dan melakukan penegakan hukum terhadap koruptor-koruptor.

Baca juga: Peristiwa Malari 1974, Protes Modal Asing atau Dampak Perpecahan Militer?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[HOAKS] Timnas Guinea Didiskualifikasi dari Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Timnas Guinea Didiskualifikasi dari Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Evakuasi Warga Palestina dari Gaza Utara, Bukan Rafah

[KLARIFIKASI] Video Evakuasi Warga Palestina dari Gaza Utara, Bukan Rafah

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Timnas Sepak Bola Indonesia Resmi Lolos Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Timnas Sepak Bola Indonesia Resmi Lolos Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Konten Satire Perlihatkan Wajah Hawa Mirip Taylor Swift

INFOGRAFIK: Konten Satire Perlihatkan Wajah Hawa Mirip Taylor Swift

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan McDonald's Terbengkalai, Simak Penjelasannya

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan McDonald's Terbengkalai, Simak Penjelasannya

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Tsunami di Jepang pada 2011, Bukan 2024

[KLARIFIKASI] Video Tsunami di Jepang pada 2011, Bukan 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Perkelahian Antarpekerja Berlokasi di Afrika Barat

[KLARIFIKASI] Video Perkelahian Antarpekerja Berlokasi di Afrika Barat

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Prabowo Tawarkan Bantuan melalui WhatsApp

[HOAKS] Prabowo Tawarkan Bantuan melalui WhatsApp

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Rihanna Hadiri Met Gala 2024

[HOAKS] Foto Rihanna Hadiri Met Gala 2024

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Wasit Terbukti Curang, Laga Indonesia Vs Guinea Diulang

[HOAKS] Wasit Terbukti Curang, Laga Indonesia Vs Guinea Diulang

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Venus Dibuat Pakai Bahasa Pemrograman dan Photoshop

[KLARIFIKASI] Foto Venus Dibuat Pakai Bahasa Pemrograman dan Photoshop

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Hoaks! FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

[VIDEO] Hoaks! FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Bisakah DPR Menolak Pindah ke IKN dan Tetap Berkedudukan di Jakarta?

INFOGRAFIK: Bisakah DPR Menolak Pindah ke IKN dan Tetap Berkedudukan di Jakarta?

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Tidak Benar 'Time' Tampilkan Donald Trump Bertanduk di Sampul Majalah

INFOGRAFIK: Tidak Benar "Time" Tampilkan Donald Trump Bertanduk di Sampul Majalah

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Benarkah Ada Fenomena Bulan Kembar di Pegunungan Arfak?

[VIDEO] Benarkah Ada Fenomena Bulan Kembar di Pegunungan Arfak?

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com