KOMPAS.com - Jaringan Pemeriksa Fakta Internasional (IFCN) meminta CEO YouTube, Susan Wojcicki untuk memperhatikan sebaran disinformasi dan misinformsi di plarformnya.
IFCN memantau bagaimana hoaks dan informasi palsu menyebar secara online setiap hari, termasuk melalui YouTube.
Ini menjadi keprihatinan tersendiri bagi para pemeriksa fakta di berbagai negara.
"Itulah sebabnya kami mendesak Anda untuk mengambil tindakan efektif terhadap disinformasi dan misinformasi, dan untuk menguraikan peta jalan intervensi kebijakan dan produk untuk meningkatkan ekosistem informasi," tulis IFCN dalam surat terbukanya kepada CEO YouTube.
Baca juga: Berita Palsu Jurnalis Stephen Glass dan Pentingnya Kerja Pemeriksa Fakta...
IFCN memantau berbagai dampak disinformasi dan misinformasi yang menyebar di YouTube.
YouTube disebut memberi ruang dan mempersenjatai aktor yang dengan sengaja memanipulasi dan mengeksploitasi orang lain. Bahkan, memungkinkan mereka mendapat keuntungan finansial dari tindakan itu.
Berikut beberapa dari jutaan misinformasi dan disinformasi di YouTube yang berdampak buruk bagi kelimpok rentan:
- Pada 2021, teori konspirasi berkembang dan berkolaborasi lintas batas, termasuk gerakan internasional yang dimulai di Jerman, melompat ke Spanyol dan menyebar ke seluruh Amerika Latin, dan semuanya menyebar di YouTube.
- Jutaan pengguna menonton video dalam bahasa Yunani dan Arab yang mendorong mereka untuk memboikot vaksinasi, menolak pengobatan infeksi Covid-19, serta menyebarkan informasi obat palsu.
- Di luar Covid-19, berbagai video di YouTube telah mengkampanyekan pengobatan palsu untuk kanker selama bertahun-tahun.
- Di Brasil, platform YouTube puluhan ribu pengguna menyebarkan ujaran kebencian terhadap kelompok rentan
- Di Filipina, lebih dari 2 juta penayangan konten palsu yang menyangkal pelanggaran hak asasi manusia dan korupsi selama tahun-tahun darurat militer digunakan untuk meningkatkan reputasi putra mendiang diktator, salah satu kandidat dalam pemilihan 2022. Berimbas pada pemilu yang tidak sehat.
- Di Taiwan, pemilu terakhir dirusak oleh tuduhan penipuan yang tidak berdasar melalui platform YouTube.
- Di Amerika Serikat, disinformasi memicu massa melakukan kekerasan dan menyerang US Capitol tahun lalu. Dari malam pemilihan presiden AS hingga lusa, video YouTube yang mendukung narasi penipuan yang ditonton lebih dari 33 juta kali.
Baca juga: Pandemi Sudah Hampir 2 Tahun, Kenapa Hoaks Covid-19 Masih Bermunculan?