Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

CEK FAKTA: Belum Ada Bukti Ikan di Tuban Tercemar Limbah Jepang

KOMPAS.com - Beredar video yang memuat narasi soal ikan di Pantai Tuban, Jawa Timur, tercemar limbah beracun dari Jepang.

Video itu menampilkan sejumlah orang mengangkut ikan di pinggir pantai. Ikan-ikan yang telah terkumpul dalam wadah kemudian ditaruh dalam mobil pikap.

Video tersebut ditemukan di akun Facebook ini, ini, ini, dan YouTube ini. Ada pula yang beredar melalui WhatsApp.

Berikut narasi yang ditulis pada salah satu akun, Rabu (13/9/2023):

Jangan makan ikan dulu. Limbah racun dari jepang sdh masuk ke indonisia. (Jawa Timur, Tuban).

Penelusuran lokasi

Tim Cek Fakta Kompas.com menelusuri informasi mengenai lokasi video tersebut menggunakan Google Maps.

Pertama, Tim Cek Fakta mencari lokasi jalan yang dekat dengan garis pantai, salah satunya Jalan Raya Semarang Tuban.

Terdapat penanda yang mengidentifikasi lokasi video, seperti baliho, rumah makan, dan pagar bangunan.

Ketiganya terdapat di depan Hotel Purnama. Hotel itu berseberangan dengan pantai laut utara Pulau Jawa dan bersebelahan dengan Rumah Makan Pangestune.

Terdapat pula baliho yang terpasang di trotoar.

Penanda tersebut menjadi indikasi bahwa video itu berlokasi di Tuban dan dibuat pada 2023. Ini diketahui dari data pengambilan gambar di Google Maps menunjukkan Juli 2023.

Kedua, Tim Cek Fakta mencari perbandingan suasana lokasi di video pada tahun sebelumnya. Hasil penelusurannya dapat dilihat di sini.

Berdasarkan data Agustus 2022, terdapat perbedaan tampilan jalur pedestrian. Pola jalur pedestrian berbeda dengan tampilan di video.

Selain itu, masih terdapat pohon sepanjang jalur pedestrian.

"Informasi dari teman-teman kami di lapangan, fakta yang ada ikan yang didapat itu satu jenis yakni manyung," ungkap Eko, saat dihubungi Tim Cek Fakta, Rabu (13/9/2023).

Menurut Eko, umumnya perairan yang tercemar limbah berdampak pada lebih dari satu jenis ikan.

"Analisis sementara kalau itu pencemaran, harusnya ikannya tidak satu jenis," terang Eko.

Ia menjelaskan, ikan manyung biasanya terdapat di perairan laut dalam, tetapi akan muncul ke permukaan ketika ada faktor tertentu.

"Misalnya sedang memijah (musim kawin)," imbuhnya.

Terkait peringatan untuk tidak memakan ikan dari Tuban, Eko mengimbau agar masyarakat tidak mudah percaya informasi yang belum terbukti kebenarannya.

"Jangan mudah percaya berita yang belum tentu kebenarannya," kata Eko.

Soal limbah Jepang

Kontroversi soal air limbah yang dikelola pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima, Jepang menjadi sorotan.

Air limbah yang dibuang ke Samudera Pasifik tersebut memicu kecemasan skala internasional.

Dilansir BBC, sejumlah negara telah melarang konsumsi ikan dari Jepang, seperti China dan Taiwan.

Sementara, ribuan orang di Seoul, Korea Selatan juga menyerukan perhatian terkait limbah.

Sebagai bentuk tanggapan atas kecemasan tersebut, pihak berwenang Jepang bekerja sama dengan Tepco, berjanji meluncurkan publikasi berkala mengenai tingkat radioaktif dalam air melalui data daring real-time.

Sejauh ini belum terdapat kajian ilmiah atau informasi valid yang membuktikan bahwa limbah nuklir dari Jepang telah mencemari perairan Indonesia.

Tim Cek Fakta mencoba menghubungi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tuban, tetapi belum mendapatkan respons hingga tulisan ini diterbitkan.

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2023/09/14/084000382/cek-fakta-belum-ada-bukti-ikan-di-tuban-tercemar-limbah-jepang

Terkini Lainnya

INFOGRAFIK: Bantahan TNI atas Kabar Pengusiran Pasien RSUD Madi di Papua

INFOGRAFIK: Bantahan TNI atas Kabar Pengusiran Pasien RSUD Madi di Papua

Hoaks atau Fakta
Fakta Serangan Israel ke Rafah, Kamp Pengungsi Jadi Sasaran

Fakta Serangan Israel ke Rafah, Kamp Pengungsi Jadi Sasaran

Data dan Fakta
Video Ini Bukan Cuplikan Rekayasa Korban Serangan Israel di Rafah

Video Ini Bukan Cuplikan Rekayasa Korban Serangan Israel di Rafah

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Dennis Lim Promosikan Situs Judi

[HOAKS] Dennis Lim Promosikan Situs Judi

Hoaks atau Fakta
Amnesty International Catat 114 Vonis Hukuman Mati di Indonesia pada 2023

Amnesty International Catat 114 Vonis Hukuman Mati di Indonesia pada 2023

Data dan Fakta
[HOAKS] Imbauan Mewaspadai Aksi Balas Dendam Komplotan Begal di Sumut

[HOAKS] Imbauan Mewaspadai Aksi Balas Dendam Komplotan Begal di Sumut

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Penertiban NIK di Jakarta Dilakukan Bertahap

[KLARIFIKASI] Penertiban NIK di Jakarta Dilakukan Bertahap

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Mike Tyson Akan Berikan 10 Juta Dollar AS untuk Pria yang Menikahi Putrinya

[HOAKS] Mike Tyson Akan Berikan 10 Juta Dollar AS untuk Pria yang Menikahi Putrinya

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Tiga Anak di Rafah Berpura-pura Jadi Korban Serangan Israel

[HOAKS] Tiga Anak di Rafah Berpura-pura Jadi Korban Serangan Israel

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Seorang Perempuan Jadi Korban Pembegalan di Baubau pada 28 Mei

[HOAKS] Seorang Perempuan Jadi Korban Pembegalan di Baubau pada 28 Mei

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Terowongan Menghubungkan Rafah ke Mesir

[HOAKS] Foto Terowongan Menghubungkan Rafah ke Mesir

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Menilik Kabar TNI-Polri Usir Pasien dan Penutupan RSUD Madi, Papua

[KLARIFIKASI] Menilik Kabar TNI-Polri Usir Pasien dan Penutupan RSUD Madi, Papua

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Hujan Ikan Terjadi di Jalanan China, Bukan Iran

[KLARIFIKASI] Foto Hujan Ikan Terjadi di Jalanan China, Bukan Iran

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Pengibaran Bendera Palestina di Puncak Piramida Mesir Hasil Rekayasa

[KLARIFIKASI] Video Pengibaran Bendera Palestina di Puncak Piramida Mesir Hasil Rekayasa

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke