KOMPAS.com - Kiper kawakan Italia, Gianluigi Buffon, dikabarkan telah memutuskan gantung sepatu. Buffon pensiun di usia 45 tahun bersama klub yang telah membesarkan namanya, Parma Calcio 1913.
"Gianluigi Buffon telah memutuskan pensiun dari dunia sepak bola profesional. Kabar ini akan menjadi resmi dalam beberapa hari mendatang," tulis pakar transfer Eropa, Fabrizio Romano, dikutip dari akun Twitternya.
Dilansir Football Italia, Buffon sebenarnya masih ingin bermain setidaknya hingga akhir musim 2023-2024 bersama Parma.
Namun cedera yang ia derita sejak musim lalu dan kegagalan Parma promosi ke Serie-A membuat kiper berjuluk "Superman" itu menyerah.
Sebelum memutuskan pensiun, Buffon sempat mendapat tawaran menggiurkan dari Liga Pro Arab Saudi musim panas ini, namun Buffon menolaknya. Keputusan untuk gantung sepatu sudah bulat.
Berposisi sebagai gelandang di awal karier
Buffon merupakan salah satu kiper terbaik yang pernah dimiliki Italia. Kemampuannya di bawah mistar gawang tidak diragukan. Ia banyak berkontribusi bagi tim yang dibelanya.
Dikutip dari Sport Mob, sebelum menjadi penjaga gawang, Buffon bermain sebagai gelandang. Ia memulai karier sepak bola dengan menimba ilmu di sekolah sepak bola Canaletto.
Saat usianya menginjak 12 tahun, ia bergabung dengan Bonascola, tim di kota kelahirannya, Carrara.
Satu tahun berselang, pada 1991, Buffon direkrut Parma. Pemain kelahiran 28 Januari 1978 itu masih berposisi sebagai gelandang.
Namun, pada usia 14 tahun pelatih menggeser posisi Buffon menjadi kiper, menggantikan penjaga gawang tim yang cedera.
Keputusan itu berbuah manis. Buffon tampil ciamik di bawah mistar gawang. Sejak saat itu, ia terus bermain sebagai penjaga gawang.
Buffon mengaku, kiper asal Kamerun Thomas N'Kono menjadi salah satu inspirasi yang membuatnya mantap untuk berganti posisi.
Buffon meningkatkan kemampuannya sebagai penjaga gawang di bawah bimbingan pelatih kiper Ermes Fulgoni.
Menghabiskan kariernya bersama Juventus
Tahun 1995, Buffon akhirnya dipromosikan ke tim senior, usai penjaga gawang Parma, Luca Bucci, mengalami cedera.
Manajer Parma kala itu, Nevio Scala, mengaku terkesan dengan kemampuan Buffon di tim muda.
Pertandingan melawan AC Milan pada 19 November 1995 menjadi debutnya di Serie-A bersama tim senior.
Pada pertandingan itu Buffon berhasil menjaga gawang Parma dari kebobolan, pertandingan berakhir dengan skor 0-0.
Buffon lantas dipercaya menjadi penjaga gawang utama Parma. Pada musim 1996-1997, ia menjadi bagian penting tim Parma yang finis di posisi dua klasemen Serie-A.
Buffon bertahan di tim Parma hingga 2001 dan mendapat julukan "Superman". Bersama Parma ia memenangkan tiga trofi yakni Piala UEFA, Piala Italia dan Piala Super Italia.
Penampilan apiknya bersama Parma membuat beberapa klub besar tertarik untuk merekrutnya.
Pada musim panas 2001, ia direkrut Juventus dengan biaya transfer mencapai 54,1 juta euro. Sebuah harga yang fantastis untuk seorang penjaga gawang kala itu.
Buffon direkrut untuk menggantikan Edwin van der Sar yang dianggap tidak bisa memenuhi ekspektasi klub berjuluk La Vecchia Signora itu.
Bersama Juventus, penampilan Buffon semakin bersinar. Ia menghabiskan kariernya bersama klub asal Turin itu sampai 2018.
Bersama Juventus, ia memenangkan 10 gelar Serie A, lima juara Coppa Italia dan lima trofi Piala Super Italia.
Usai hengkang dari Juventus, Buffon pindah ke Perancis untuk bergabung dengan Paris Saint-Germain (PSG) pada 2018.
Buffon menandatangani kontrak selama satu tahun dengan opsi perpanjangan selama satu musim. Bersama PSG, ia memenangkan Piala Super dan Ligue 1.
Musim 2019/2020 ia kembali ke Juventus, untuk menjadi pelapis Wojciech Szcz?sny.
Buffon hanya bertahan satu musim. Pada 2021, ia memilih pindah ke Parma sebagai pelabuhan terakhirnya.
Rekor Buffon
Selama kariernya, Buffon mencatat sejumlah rekor pribadi yang mengesankan. Meski sudah menginjak usia kepala empat, permainannya tetap konsisten.
Dilansir Football Italia, Buffon telah tampil sebanyak 657 kali di Serie-A. Catatan itu membuatnya menjadi pemain yang paling banyak tampil di kompetisi tertinggi Italia.
Buffon juga menjadi kiper pertama yang bisa mencapai 500 clean sheet di semua kompetisi. Catatan itu ia torehkan di usia 44 tahun saat membela Parma di Serie-B.
Selain itu, Buffon juga memegang rekor dengan tidak terkalahkan selama 974 menit pertandingan di Serie A dan menorehkan 10 clean sheet berturut-turut.
Di level tim nasional, Buffon menjadi pemain yang memiliki caps terbanyak dengan 176 penampilan.
Ia telah membela Italia di lima edisi Piala Dunia, 1998, 2002, 2006, 2010 dan 2014. Buffon menjadi bagian penting ketika Gli Azzurri menjadi juara Piala Dunia 2006.
Selalu gagal di Liga Champions
Dilansir Goal, berbagai trofi telah diraih Buffon. Namun ada satu trofi bergengsi yang selalu gagal direngkuhnya, yakni Liga Champions.
Buffon telah tampil tiga kali di final Liga Champions bersama Juventus dan selalu tumbang.
Pada 2003, Juventus kalah dari rivalnya, AC Milan. Kemudian pada 2015 dan 2017, mereka harus mengakui keunggulan Barcelona serta Real Madrid.
Pada 2019 Buffon mengatakan, kegagalan meraih trofi Liga Champions justru membuatnya memiliki motivasi untuk terus berkarier, walaupun tidak lagi muda.
"Bagi saya, ini adalah dorongan yang sangat besar dan saya harus berterima kasih kepada takdir yang belum mengizinkan saya untuk memenangkan Liga Champions. Jika tidak, saya akan bertanya pada diri sendiri mengapa saya masih bermain," ujar Buffon.
Namun hingga akhir kariernya, ia tidak kunjung mendapatkan trofi Liga Champions.
Buffon menambah panjang daftar legenda sepak bola yang belum pernah mengangkat trofi bergengsi itu, bersama Ronaldo Nazário, Gabriel Batistuta, dan Lothar Matthaus.
https://www.kompas.com/cekfakta/read/2023/08/02/193000082/gianluigi-buffon-raja-clean-sheet-dan-kegagalan-di-liga-champions