KOMPAS.com - Sejak sebelum Perang Dunia I dimulai, sepak bola telah menjadi olahraga yang paling populer. Hampir setiap orang di belahan dunia memainkan olahraga yang diklaim berasal dari Inggris tersebut.
Ketika Perang Dunia I berkobar, sepak bola menjelma sebagai pemersatu pihak yang berseteru dan membawa kedamaian di momen Natal 25 Desember 1914.
Pada momen Natal, Blok Sekutu (Inggris, Perancis, Rusia) dan blok Sentral (Jerman, Italia, Austria-Hongaria) menyepakati adanya gencatan senjata sementara waktu untuk merayakan Natal.
Beberapa tentara pulang ke kampung halamannya untuk merayakan Natal bersama keluarga, sementara beberapa lainnya tetap berada di medan pertempuran.
Mereka yang tetap berada di medan pertempuran mengisi waktu luangnya dengan bersantai bersama tentara lain.
Tentara yang saling berseteru dari Blok Sekutu dan Sentral pun membaur menjadi satu, seolah tidak ada peperangan dan permusuhan.
Dilansir dari Los Angeles Times, tentara Jerman memanjat tembok pembatas yang memisahkan dengan pasukan Inggris yang notabennya merupakan musuh mereka.
Tentara Jerman berkumpul dengan tentara Inggris tanpa senjata, mereka berjabat tangan dan bertukar salam. Kemudian berbagi cerutu, keceriaan, cokelat serta bermain sepak bola. Mereka melakukan itu semua tanpa sepengetahuan komandan masing-masing.
Seorang prajurit Inggris yang saat itu berusia 19 tahun di Resimen Cheshire 6 Batalyon bernama Ernie Williams menceritakan, ketika pertandingan sepak bola dimulai semua orang menikmatinya.
Tidak tampak adanya permusuhan antara tentara Jerman dan Inggris. Permainan sepak bola itu dilangsung di lapangan terbuka yang berada di di garis perbatasan Belgia
"Mereka melepas mantel mereka. Beberapa di antaranya,meletakkannya sebagai tiang gawang," kenang Williams.
Menurut Williams, pertandingan sepak bola tersebut sekadar untuk bersenang-senang.
Para tantara Inggris dan Jerman bermain bola seperti anak kecil di jalanan yang tidak memerlukan wasit maupun aturan yang terikat.
Jika sebelumnya antara tentara Jerman dan Inggris saling bunuh, namun pada momen itu mereka saling bersenang-senang sebagai kawan.
"Tidak ada wasit, kami tidak membutuhkan wasit untuk permainan semacam itu. Itu seperti bermain sebagai anak kecil di jalanan. Tidak ada skor, tidak ada penghitungan sama sekali itu hanya huru-hara."
"Semua orang tampaknya menikmati diri mereka sendiri. Tidak ada niat buruk." ucap Williams.
Sementara itu di tempat lainnya disebutkan bahwa sekelompok tentara Skotlandia juga bermain sepak bola bersama tentara Jerman dengan antusiasme tinggi.
Namun sayangnya permainan itu tidak berlangsung lama karena seorang perwira Jerman mengetahuinya. Pertandingan itu pun selesai dengan keunggulan Jerman 3-2.
Dilansir dari History.com Letnan Jerman Kurt Zehmisch dari 134 Saxon Infantry, juga menggambarkan permainan sepak bola yang terjadi saat gencatan senjata.
Dalam buku hariannya yang ditemukan di loteng dekat Leipzig pada tahun 1999 ia menuliskan bahwa momen itu merupakan hal aneh dan unik. Sebab, musuh bebuyutan bermain sepak bola dan menjadi teman.
"Inggris membawa bola sepak dari parit mereka, dan tak lama kemudian permainan yang meriah pun terjadi," tulisnya.
"Betapa luar biasa indahnya, namun betapa anehnya itu. Para perwira Inggris merasakan hal yang sama tentang peristiwa itu. Jadi Natal, perayaan cinta, berhasil menyatukan musuh bebuyutan sebagai teman untuk sementara waktu," ungkap Kurt.
Gencatan Senjata Natal tahun 1914 sendiri tidak berlangsung lama dan merupakan yang terakhir dilakukan. Setelah itu, pada tahun 1915, konsep gencatan senjata sudah tidak terpikirkan lagi oleh kedua belah pihak yang berseteru.
Lambat laun, berita tentang gencatan senjata ketika Natal tahun 1914 pun sampai ke pers.
Momen gencatan senjata dan permaian sepak bola antara tentara Inggris dan Jerman menjadi sejarah yang terus terkenang hinggi kini, 108 tahun setelah peristiwa tersebut berlalu.
https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/12/27/182800282/gencatan-senjata-perang-dunia-i-dan-merayakan-natal-dengan-sepak-bola-