KOMPAS.com - Pemimpin Kerajaan Inggris Ratu Elizabeth II telah meninggal dunia pada 8 September 2022, saat usianya telah mencapai 96 tahun.
Kesehatan Ratu Elizabeth II dikabarkan sudah menurun pada Mei 2022 yang menghalanginya mengikuti beberapa agenda resmi, salah satunya pembukaan parlemen negara.
Dilansir dari Deutsche Welle, Elizabeth lahir di London, Inggris dengan nama Elizabeth Alexandra Mary Windsor pada 21 April 1926. Saat itu sang kakek, yaitu Raja George V sedang berkuasa.
Bayi perempuan itu adalah anak pertama dari George VI, anak dari George V. Ia tumbuh sebagai remaja dalam suasana Perang Dunia II (1939-1945).
Kondisi itu membuat sulit membayangkan Elizabeth II akan menjadi ratu, karena di antrean ahli waris takhta terdepan adalah Pangeran Wales, Edward VIII, kemudian George VI yang merupakan ayah Elizabeth II.
George VI kemudian menjadi raja setelah Edward VIII memutuskan untuk melepas takhtanya karena urusan pribadi, yaitu menikah dengan perempuan Amerika Serikat yang berstatus janda.
Setelah takhta dipegang, Raja George VI memimpin Inggris dalam masa sulit, karena saat itu negaranya sedang mengalami Perang Dunia II sejak 1939-1945.
Namun, George VI melewati masa sulit, termasuk menghadapi serangan udara Nazi Jerman yang menargetkan Istana Buckingham, terutama pada 1940.
Ketika George VI meninggal pada 6 Februari 1952, Elizabeth yang berada di Kenya langsung diangkat menjadi Ratu Inggris. Mahkota secara resmi ditempatkan di kepalanya pada 2 Juni 1953.
Ratu Elizabeth II memiliki masa kepemimpinan terlama, yakni 70 tahun, melewati masa kepemimpinan nenek buyutnya, Ratu Victoria.
Dikenal pendiam dan tertutup, dia menyukai kuda, anjing, fesyen, dan mobil. Banyak foto dirinya menggunakan pakaian dan topo berwarna segar, yang semuanya juga ditujukan untuk membangun kesan masyarakat luas.
Pada periode 1990-an, beragam masalah dihadapi keluarganya, seperti kebakaran Kastil Windsor dan perceraian anak-anaknya yakni Putri Anne dengan Mark Phillips, Pangeran Andrew dengan Sarah Ferguson, serta Pangeran Charles dengan Diana Spencer.
Di samping menghadapi masalah keluarga itu, ia terus mengerjakan tugasnya dan berupaya mengubah citra monarki yang lebih terbuka dengan menggelar konser musik rock di Istana Buckingham dalam perayaan ulang tahun ke-50 pada 2002.
Menjadi mekanik perang
Sebagai putri dan masuk ahli waris Kerajaan Inggris, Elizabeth II punya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Namun, ketika usianya mencapai 18 tahun, dia justru belajar menjadi mekanik atau montir kendaraan.
Di masa remajanya, Elizabeth II menjalani tur ke negara-negara Persemakmuran dan bergabung dengan cabang wanita Angkatan Darat Inggris (Auxiliary Territorial Service atau ATS).
Dilansir dari Mirror, Elizabeth berada di Istana Buckingham saat terjadi pengeboman lima kali oleh tentara Jerman. Namun, itu bukan satu-satunya pengalaman dia di Perang Dunia II.
Saat usianya 18 tahun, seluruh perempuan yang usianya di bawah 30 tahun harus mengikuti wajib militer dan masuk ATS.
Mereka akan mendapat tugas sebagai inspektur amunisi, pengemudi, atau bergabung di unit anti-pesawat.
Elizabeth mengikuti pelatihan mekanik dan perawatan kendaraan pada 14 April 1945. Kemudian, dia menjadi salah satu dari 250.000 wanita yang bertugas di ATS.
Mengganti ban dan urusan lain untuk perawatan kendaraan dia pelajari di masa-masa akhir Perang Dunia II itu.
Ia pun berperan dalam perang dengan pangkat kehormatan subaltern kedua, yang setara dengan letnan dua di Angkatan Darat Inggris, dan kemudian dipromosikan menjadi komandan junior, yang setara dengan kapten.
Setelah Perang Dunia II Inggris pun terdampak dan menerima berbagai kerusakan. Di tangan Ratu Elizabeth II mantan mekanik perang itu-lah, Inggris bangkit dan tetap eksis secara stabil di era modern ini.
https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/09/14/114036282/sosok-unik-elizabeth-ii-sempat-jauh-dari-garis-takhta-hingga-jadi