Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Informasi tentang Anak yang Sebaiknya Tidak Dibagikan di Media Sosial

Tak jarang mereka bahkan sudah terpapar internet sejak masih dalam kandungan, misalnya lewat foto-foto USG yang dibagikan oleh ibu mereka di media sosial.

Setelah bayi lahir, orangtua masa kini juga tengah larut dalam tren untuk membuatkan akun media sosial khusus bagi anak mereka.

Para orangtua memotret anak-anak mereka dan membagikannya di media sosial, walaupun sang anak belum bisa memberikan persetujuan terkait hal tersebut.

Hal ini membuat batasan-batasan informasi pribadi yang boleh dan tidak boleh dibagikan di media sosial menjadi sangat kabur di mata generasi muda.

Padahal, perlindungan data pribadi menjadi sesuatu yang sangat vital di tengah ancaman pencurian atau penyalahgunaan data pribadi yang semakin marak.

Informasi yang sebaiknya tidak dibagikan

Dirangkum dari Reader's Digest dan Parents, berikut sejumlah informasi tentang anak yang sebaiknya tidak dibagikan di media sosial:

1. Foto yang menampilkan ketelanjangan

orangtua sebaiknya tidak membagikan foto anak mereka yang sedang menampilkan ketelanjangan, misalnya ketika anak sedang mandi atau bermain air di kolam renang.

Foto-foto semacam itu dapat menjadi sasaran bagi para predator anak dan bahkan memancing mereka untuk melakukan tindakan ekstrim, seperti penculikan.

2. Alamat tempat tinggal

Hindari membagikan informasi atau foto anak yang menampilkan lokasi tempat tinggal, misalnya foto anak yang sedang berdiri di depan rumah.

Dengan kecanggihan teknologi seperti Google Street View, informasi semacam itu dapat dimanfaatkan oleh penguntit (stalker) untuk menemukan tempat tinggal orangtua dan anak.

3. Riwayat medis

orangtua sebaiknya tidak membagikan riwayat medis anak, seperti penyakit yang sedang diderita atau alergi yang dimiliki.

Riwayat medis anak adalah informasi sensitif yang hanya boleh diketahui oleh orangtua dan tenaga medis profesional.

4. Momen memalukan bagi anak

Momen-momen yang memalukan bagi anak, seperti misalnya momen anak menangis meraung-raung ketika disuntik vaksin sebaiknya tidak dibagikan oleh orangtua.

Anak kemungkinan malu atas peristiwa itu, dan ia tentu tidak ingin momen memalukan tersebut tersimpan selamanya di internet serta dilihat oleh banyak orang.

5. Informasi personal

Hal lain yang sebaiknya tidak dibagikan oleh orangtua di media sosial adalah informasi personal terkait anak-anak mereka.

Informasi personal ini mencakup nama lengkap, dan tempat serta tanggal lahir anak.

Informasi pribadi anak tersebar di internet

Dilansir dari Forbes, orangtua tanpa sadar telah menjadi pihak yang melanggar hak-hak privasi anak dan menyebarkan informasi sensitif tentang anak di media sosial.

Sebuah studi tahun 2010 di Amerika Serikat menunjukkan, lebih dari 90 persen anak usia 2 tahun dan 80 persen bayi telah memiliki jejak digital di dunia maya.

Sementara itu, laporan dari Komisi Anak Inggris menyebutkan, ketika seorang anak berusia 13 tahun, orangtua mereka telah posting sekitar 1.300 foto dan video tentang mereka.

Kombinasi kecanggihan teknologi dan perilaku orangtua menempatkan anak dalam risiko pencurian identitas, perundungan online, dan masalah pada tumbuh kembang anak.

Fenomena orangtua yang membagikan informasi tentang anak-anak mereka secara online dikenal sebagai "sharenting".

Laporan dari lembaga Inggris, Barclays, memperkirakan bahwa pada tahun 2030 "sharenting" menjadi penyebab terbesar dari pencurian identitas.

Hanya dengan nama, tanggal lahir, dan alamat, pelaku kejahatan dapat menyimpan informasi ini sampai seseorang berusia 18 tahun dan kemudian mulai membuka akun atas nama korban.


Lantas, bagaimana menanggulangi kondisi ini?

Stacey Steinberg dari University of Florida’s Levin College of Law, mengatakan, orangtua perlu memberi ruang bagi anak untuk menyuarakan pendapat atau persetujuan mereka terkait posting media sosial yang memuat informasi tentang anak.

Steinberg menyebutkan, pada usia 4 tahun anak-anak sudah memiliki kesadaran akan diri sendiri dan bisa diajak berkomunikasi terkait hak-hak privasi mereka.

"Orangtua yang rutin posting di media sosial dapat berbicara tentang internet dengan anak-anak mereka, dan harus bertanya kepada anak yang masih kecil apakah mereka ingin teman dan keluarga tahu tentang hal yang akan di-posting," kata Steinberg.

Steinberg paham bahwa orangtua tidak bisa sepenuhnya berhenti posting tentang anak mereka di media sosial.

Sebagai gantinya, ia menyarankan agar orangtua lebih memikirkan apa yang mereka posting, menghilangkan informasi yang tidak perlu dibagikan, dan membuka ruang diskusi dengan anak terkait hal-hal yang diposting.

Menurut Steinberg, ruang diskusi tidak hanya meningkatkan rasa otonomi anak atas privasi mereka, tetapi juga memperingatkan mereka sejak dini tentang potensi bahaya berbagi informasi secara berlebihan di media sosial.

Ia melanjutkan, hal ini juga dapat memberikan pemahaman yang baik bagi anak tentang batasan-batasan antara informasi publik dan pribadi.

"Anak-anak yang tumbuh dengan rasa privasi, ditambah dengan orangtua yang suportif dan demokratis, memiliki kehidupan yang lebih baik. Studi melaporkan anak-anak ini memiliki rasa kesejahteraan yang lebih besar secara keseluruhan dan melaporkan kepuasan hidup yang lebih besar daripada anak-anak yang memasuki masa dewasa setelah mengalami lebih sedikit otonomi di masa kanak-kanak," ujar Steinberg.

"Anak-anak harus mampu membentuk identitas mereka sendiri dan menciptakan kesadaran tentang hal-hal pribadi dan publik untuk berkembang sebagai remaja dan akhirnya sebagai orang dewasa," ungkapnya.

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/03/05/091046082/5-informasi-tentang-anak-yang-sebaiknya-tidak-dibagikan-di-media-sosial

Terkini Lainnya

[KLARIFIKASI] BMKG Tegaskan Sesar Sumatera Tidak Memicu Tsunami

[KLARIFIKASI] BMKG Tegaskan Sesar Sumatera Tidak Memicu Tsunami

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Ronaldo Tiba di Qatar untuk Menonton Piala Asia U-23

[HOAKS] Video Ronaldo Tiba di Qatar untuk Menonton Piala Asia U-23

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Vaksin HPV Menyebabkan Kemandulan

[HOAKS] Vaksin HPV Menyebabkan Kemandulan

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Menkominfo Bantah Apple Batal Investasi Rp 1,6 Triliun di Indonesia

[KLARIFIKASI] Menkominfo Bantah Apple Batal Investasi Rp 1,6 Triliun di Indonesia

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Hoaks Spesimen Surat Suara dan Paslon yang Bersaing di Pilkada Jatim 2024

[VIDEO] Hoaks Spesimen Surat Suara dan Paslon yang Bersaing di Pilkada Jatim 2024

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Konten Keliru Sebut Spotify Perlihatkan Fitur Batas Usia Pengguna

INFOGRAFIK: Konten Keliru Sebut Spotify Perlihatkan Fitur Batas Usia Pengguna

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Elkan Baggot Tiba di Qatar untuk Perkuat Timnas U23 Indonesia

INFOGRAFIK: Hoaks Elkan Baggot Tiba di Qatar untuk Perkuat Timnas U23 Indonesia

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

[HOAKS] FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

Hoaks atau Fakta
Dua Puluh Empat Tahun Lalu, GPS Akurasi Tinggi Tersedia untuk Publik

Dua Puluh Empat Tahun Lalu, GPS Akurasi Tinggi Tersedia untuk Publik

Sejarah dan Fakta
Mitos Penularan HIV/AIDS di Kolam Renang

Mitos Penularan HIV/AIDS di Kolam Renang

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pernyataan Ronaldo soal Indonesia Tidak Akan Kalah jika Tak Dicurangi Wasit

[HOAKS] Pernyataan Ronaldo soal Indonesia Tidak Akan Kalah jika Tak Dicurangi Wasit

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Unta Terjebak Banjir di Dubai

[HOAKS] Video Unta Terjebak Banjir di Dubai

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Hacker asal Aljazair Dihukum Mati karena Bantu Palestina

[HOAKS] Hacker asal Aljazair Dihukum Mati karena Bantu Palestina

Hoaks atau Fakta
Beragam Hoaks Promosi Obat Mencatut Tokoh Publik

Beragam Hoaks Promosi Obat Mencatut Tokoh Publik

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Prabowo Akan Menikahi Mertua Kaesang

[HOAKS] Prabowo Akan Menikahi Mertua Kaesang

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke