KOMPAS.com - Beredar informasi di media sosial Facebook mengenai chemtrail atau yang diklaim sebagai penyemprotan zat kimia dari langit menggunakan pesawat.
Informasi itu memuat berbagai gejala penyakit yang ditimbulkan chemtrail, serta zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, informasi mengenai chemtrail itu adalah hoaks.
Narasi yang beredar
Informasi mengenai gejala penyakit dan zat-zat kimia yang terkandung di dalam chemtrail dibagikan di Facebook oleh akun ini.
Berikut kutipan narasi yang dibagikan:
#CHEMTRAIL_ATTACK
Penyemprotan dengan kandungan kimia, jamur atau fungi dapat mengakibatkan berbagai jenis gejala penyakit seperti berikut:
- sakit kepala yang lebih parah daripada migren,
- dada rasa terbakar,
- kondisi gangguan jantung
- gejala seperti flu
- kelelahan ekstrim
- diare
- nyeri dan pembengkakan otot dan persendian
- pusing
- mual
- leher kaku
- sakit tenggorokan yang mengganggu
- malaise umum
Dampak / Ekses :
- Gejala penyakit akan bertahan sampai tiga bulan dan bahkan lebih.
- Gejala penyakit tidak dapat diobati oleh obat anti biotik yang dikenal.
- Misi penyemprotan Chemtrail cenderung ditunda bila kecepatan angin di permukaan tanah mencapai 20 mil atau lebih perjamnya.
- Cenderung dapat memberi resiko serius pd orang yang sudah tua, balita dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah.
Zat Kandungan Chemtrail: Aluminium (diketahui menyebabkan tinnitus), Arsenic, Barium Salts, Cadium, Desiccated human blood cells, Ethylene dibromide, Lead, Magnesium, Mercury (air raksa), Mold spores, Mycoplasma, Microchip, Polymer Fibers, Radio cesium, Sharp titanium shards, Stonthium Submicron particles, Unidentified living bacteria, Uranium, And many other toxins
Unggahan tersebut juga menyertakan foto jejak atau asap putih yang muncul di langit usai pesawat melintas.
Penelusuran Kompas.com
Narasi terkait chemtrail belakangan ini banyak beredar di media sosial.
Tim Cek Fakta Kompas.com telah merilis sejumlah artikel debunking terkait chemtrail, antara lain, dapat dilihat di sini, di sini, dan di sini.
Menurut Profesor David Keith dari Universitas Harvard, chemtrail adalah teori konspirasi yang meyakini bahwa pemerintah atau pihak lain terlibat dalam program rahasia untuk menyebarkan bahan kimia beracun ke atmosfer menggunakan pesawat terbang.
Para penganut teori konspirasi ini menyebutkan bahwa keberadaan chemtrail dapat dibuktikan dengan adanya jejak putih di langit yang muncul usai pesawat terbang melintas.
Mereka meyakini bahwa jejak putih itu mengandung bahan kimia beracun yang digunakan untuk berbagai kepentingan, seperti pengendalian populasi manusia, pengendalian pikiran, atau menyebarkan penyakit.
Namun, pakar penerbangan menjelaskan bahwa kemunculan jejak putih di langit setelah pesawat terbang melintas adalah fenomena biasa yang disebut contrail.
Contrail bukan chemtrail
Sejumlah pakar penerbangan telah membantah klaim yang menyebutkan bahwa jejak putih yang muncul di langit usai pesawat melintas adalah chemtrail.
Kepala Dinas Penerbangan TNI Angkatan Udara (Kadispen AU) Marsma TNI Indan Gilang Buldansyah mengatakan, jejak atau asap putih seperti awan yang terlihat di langit setelah pesawat terbang melintas adalah hal yang biasa.
Ia mengatakan, fenomena jejak putih itu dikenal dengan jejak kondensasi pesawat terbang atau disebut dengan condensation trail yang disingkat contrail.
"Ini merupakan hasil dari pengembunan udara dengan kadar air tinggi yang bergesekan dengan mesin pesawat. Ada juga yang menyebutnya dengan vapor trails tapi jika bentuknya mulai berpendar atau melebar seperti awan biasa juga disebut dengan aviaticus cloud," ujar Indan, seperti diberitakan Kompas.com, 14 Juli 2021.
Masih dari pemberitaan Kompas.com, 14 Juli 2021, penjelasan serupa juga diungkapkan oleh pengamat penerbangan yang juga mantan KSAU, Cheppy Hakim.
Cheppy mengatakan, fenomena ekor pesawat yang meninggalkan jejak asap terjadi karena adanya proses kondensasi.
"Intinya karena di atas itu temperaturnya dingin, exhaust knalpotnya itu panas, maka terjadilah proses kondensasi yang terlihat seperti asap putih itu," kata Cheppy.
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, dapat disimpulkan bahwa informasi mengenai chemtrail yang beredar di Facebook adalah hoaks.
Profesor David Keith dari Universitas Harvard menyatakan bahwa chemtrail adalah teori konspirasi yang tidak terbukti kebenarannya.
Sementara itu, sejumlah pakar penerbangan menjelaskan bahwa kemunculan jejak putih di langit setelah pesawat terbang melintas adalah fenomena biasa yang disebut contrail, bukan chemtrail.
https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/02/18/134513682/hoaks-chemtrail-attack-penyemprotan-zat-kimia-yang-menimbulkan-berbagai