Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita "Bill Gates" dari Indonesia, Otto Toto Sugiri Miliarder Teknologi Masuk Jajaran Orang Terkaya

Kompas.com - 25/12/2021, 08:05 WIB
Maya Citra Rosa

Penulis

KOMPAS.com - Nama otto Toto Sugiri sudah tidak asing lagi bagi mereka yang mengikuti perkembangan teknologi di Indonesia.

Otto dijuluki "Bill Gates" dari Indonesia ini merupakan presiden direktur perusahaan Data Center Indonesia (DCI).

DCI merupakan perusahaan pusat data terbesar di Indonesia yang menyediakan penyimpanan data server dan layanan ruang pusat data.

Pria 68 tahun ini saat ini tercatat pada jajaran 50 orang terkaya di Indonesia 2021 versi media bisnis Forbes.

Saat artikel ini dimuat, Otto menduduki peringkat ke-19 sebagai orang terkaya di Indonesia versi Forbes.

Kekayaan tercatat mencapai 2,5 miliar US dollar atau setara dengan Rp 35,62 triliun (kurs Rp 14.250). Kekayaannya di bidang teknologi membuatnya dijuluki sebagai "Bill Gates"-nya Indonesia.

Baca juga: Mengenal Otto Toto Sugiri, Miliarder Teknologi yang Dijuluki Bill Gates Indonesia

Cerita Otto merawat ibu dan proyek pertama

Otto sendiri termasuk pengusaha teknologi paling awal di Indonesia yang membantu pertumbuhan ekonomi digital Indonesia dengan pusat data terbesarnya yaitu DCI.

Empat dekade lebih pengalamannya di bidang teknologi, membawanya ke titik sukses saat ini.
Perjalanan karirnya dimulai sejak dirinya meraih gelar sarjana teknik elektro pada tahun 1980 di RWTH Aachen University di Jerman.

Saat itu dirinya pulang ke Indonesia untuk merawat ibunya sekaligus memulai proyek pertamanya yakni membuat pemrograman lokal, seperti software untuk perusahaan minyak dan program untuk mengelola pencairan pinjaman nelayan di Papua.

Pada tahun 1983, dirinya mulai bergabung dengan Bank Bali untuk membuat sebuah software akuntansi yang memudahkan para pegawai akuntansi bank lebih efisien dalam mengerjakan tugasnya.

Bangun perusahaan perangkat lunak sendiri

Setelah itu dirinya mulai membangun perusahaan perangkat lunaknya sendiri yaitu Sigma Cipta Caraka pada tahun 1989 dengan modal 200 ribu US dollar.

Di sini ia bergabung dengan enam mantan pegawai Bank Bali lainnya termasuk Marina Budiman yang kini menjabat sebagai presiden komisaris DCI.

Sigma Cipta Caraka cukup memberikan angin segar untuk perkembangan teknologi saat itu khususnya di bidang perbankan yang mana saat itu pemerintah baru saja menderegulasi industri perbankan.

Saat itu, jumlah bank di Indonesia merangkak naik. Pada tahun 1988, jumlahnya baru mencapai 111.

Di tahun 1994, jumlahnya naik lebih dari dua kali lipat, yakni mencapai 240 bank. Kala itu, tenaga IT di perbankan sedang sangat dibutuhkan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com