Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Deteksi Bibit Siklon Tropis 91S Saat Musim Pancaroba, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

Kompas.com - 06/03/2024, 17:15 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi bibit siklon tropis 91S di sekitar wilayah Indonesia.

Bibit siklon tersebut muncul ketika wilayah Indonesia memasuki musim pancaroba atau peralihan dari musim hujan ke kemarau.

BMKG mengatakan, bibit siklon tropis 91S berada di Samudra Hindia di sebelah barat daya Pulau Sumatera tepatnya di sekitar 10,5 derajat lintang Selatan dan 92,0 derajat bujur timur.

Bibit siklon tersebut bergerak dengan kecepatan angin maksimum 20 knots dan tekanan udara minimum 1007,8 hPa.

"Bergerak ke arah barat daya. Potensi bibit siklon 91S untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam kategori rendah," tulis BMKG di akun Instagram resminya, Selasa (5/3/2024).

Baca juga: Beredar Citra Pulau Jawa Tampak Merah pada Akhir Februari, Ada Potensi Cuaca Panas?

Perkembangan bibit siklon tropis 91S

Terkait kemunculan bibit siklon tropis 91S, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, sistem tersebut saat ini masih terpantau di Samudra Hindia bagian Tenggara di barat daya Lampung tepatnya di sekitar 11,1 derajat lintang selatan dan 90,8 derajat bujur timur.

Bibit siklon tersebut, lanjut Guswanto, saat ini bergerak dengan kecepatan angin maksimum 15 knots atau sekitar 28 kilometer/jam dan tekanan udara 1005 hPa.

"Pengamatan citra satelit Himawari-9 kanal Enhanced-IR sejak beberapa hari terakhir menunjukkan adanya aktivitas konvektif di wilayah suspect area," kata Guswanto kepada Kompas.com, Rabu (6/3/2024).

"Namun demikian, belum menunjukkan peningkatan aktivitas pembentukan pola siklogenesis yang signifikan," tambahnya.

Guswanto menjelaskan, analisis angin per lapisan menunjukkan adanya sirkulasi siklonik pada lapisan permukaan hingga menengah pada 10 m-700 mb.

Pada lapisan permukaan, sirkulasi terpantau masih belum kuat dengan pola sedikit melebar ke arah timur, sementara pada lapisan 700 mb sirkulasinya tampak lebih cenderung melebar ke arah barat.

"Berdasarkan data ASCAT kecepatan angin 15-20 knots terpantau di bagian selatan sistem," ujar Guswanto.

Baca juga: Hari Tanpa Bayangan 21 Februari 2024, Akankah Suhu Semakin Panas?

Dampak bibit siklon tropis 91S

Guswanto menyampaikan, ada beberapa kondisi lingkungan di sekitar bibit siklon tropis 91S yang mendukung pertumbuhan sistem ini.

Faktor tersebut adalah gelombang Madden Julian Oscillation (MJO) dan equatorial rossby secara spasial aktif di sekitar sistem, peningkatan Monsun yang ikut menyuplai massa udara ke dalam sistem, suhu muka laut yang hangat 28-30 derajat Celcius, vortisitas sedang pada lapisan bawah hingga menengah pada 850-500 hPa.

Meski begitu, ada beberapa kondisi yang tidak mendukung pertumbuhan bibit siklon tropis 91S, yakni vertical wind shear dalam kategori rendah pada 20-25 knots dan divergensi lapisan atas dan konvergensi lapisan bawah dalam kategori rendah.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Terkini Lainnya

Kata Media Asing soal Kecelakaan Maut di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan Maut di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com