Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Salah Satu Program Prabowo-Gibran, Mengapa Bidang STEM di Indonesia Perlu Dikembangkan?

Kompas.com - 05/02/2024, 19:45 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah warganet menyoroti program calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto yang lebih fokus ke bidang kedokteran, serta sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM) daripada jurusan sosial dan humaniora (Soshum).

Hal tersebut berawal dari pernyataan Prabowo Subianto dalam debat kelima Pilpres 2024 pada Minggu (5/2/2024) di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Pusat.

"Kita akan mengirim 10.000 anak-anak pintar dari SMA, kita akan beri beasiswa ke luar negeri, untuk belajar kedokteran dan 10.000 lagi untuk belajar science, technology, engineering, and mathematics (STEM)," ujar Prabowo.

Merespons program tersebut, warganet pun merasa mahasiswa jurusan Soshum kurang diperhatikan.

"Kedokteran sains kedokteran sains TRUS ANAK SOSHUM MAU PADA NGAPAIN??????" tanya warganet dalam akun media sosial X @collegemenfess, Minggu (4/2/2024).

Lalu, benarkah bidang STEM di Indonesia saat ini lebih penting dikembangkan daripada Soshum?

Baca juga: Program Strategi Tranformasi Bangsa Prabowo-Gibran: 3 Juta Rumah dan Puluhan Ribu Beasiswa Kedokteran


Alasan STEM perlu dikembangkan

Pengamat pendidikan Ina Liem mengungkapkan, jumlah mahasiswa bidang STEM dan kedokteran di Indonesia memang lebih sedikit di Indonesia.

"Kalau kita lihat data di Dikti (Pangkalan Data Pendidikan Tinggi), jumlah mahasiswa aktif kita saat ini sekitar 6 juta. Yang sedang studi di bidang STEM sekitar 34 persen, Soshum 66 persen," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Senin (5/2/2024).

Kondisi ini, menurutnya, membuat Indonesia membutuhkan lebih banyak mahasiswa lulusan bidang STEM. Meski begitu, hal ini bukan berarti lulusan Soshum kurang berperan bagi masyarakat.

Menurutnya, perlu adanya kolaborasi antara kedua bidang tersebut.

 

Sebab, mahasiswa STEM perlu memiliki wawasan sosial. Sebaliknya, orang Soshum juga harus memahami pentingnya teknologi dan pengambilan keputusan berbasis data.

"Semua perlu diperhatikan. Tapi yang dibahas masalah jumlahnya yang tidak seimbang," lanjut dia.

Ina menjelaskan, jumlah mahasiswa yang mempelajari STEM lebih sedikit karena berbagai penyebab. Misalnya, ada keyakinan bahwa bidang tersebut dianggap sulit, padahal anak-anak SMA lebih banyak mencari jurusan kuliah yang mudah.

Baca juga: Kata Media Asing soal Debat Kelima Pilpres, Sosok Prabowo Jadi Sorotan

Selain itu, bidang STEM juga tidak menyediakan jurusan dan kuota mahasiswa yang cukup dibandingkan Soshum.

Ada juga anggapan anak laki-laki lebih cocok di bidang teknik, sehingga mengurangi minat perempuan di bidang tersebut.

Halaman:

Terkini Lainnya

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com