KOMPAS.com - Sejumlah warganet menyoroti program calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto yang lebih fokus ke bidang kedokteran, serta sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM) daripada jurusan sosial dan humaniora (Soshum).
Hal tersebut berawal dari pernyataan Prabowo Subianto dalam debat kelima Pilpres 2024 pada Minggu (5/2/2024) di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Pusat.
"Kita akan mengirim 10.000 anak-anak pintar dari SMA, kita akan beri beasiswa ke luar negeri, untuk belajar kedokteran dan 10.000 lagi untuk belajar science, technology, engineering, and mathematics (STEM)," ujar Prabowo.
Merespons program tersebut, warganet pun merasa mahasiswa jurusan Soshum kurang diperhatikan.
"Kedokteran sains kedokteran sains TRUS ANAK SOSHUM MAU PADA NGAPAIN??????" tanya warganet dalam akun media sosial X @collegemenfess, Minggu (4/2/2024).
Lalu, benarkah bidang STEM di Indonesia saat ini lebih penting dikembangkan daripada Soshum?
Pengamat pendidikan Ina Liem mengungkapkan, jumlah mahasiswa bidang STEM dan kedokteran di Indonesia memang lebih sedikit di Indonesia.
"Kalau kita lihat data di Dikti (Pangkalan Data Pendidikan Tinggi), jumlah mahasiswa aktif kita saat ini sekitar 6 juta. Yang sedang studi di bidang STEM sekitar 34 persen, Soshum 66 persen," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Senin (5/2/2024).
Kondisi ini, menurutnya, membuat Indonesia membutuhkan lebih banyak mahasiswa lulusan bidang STEM. Meski begitu, hal ini bukan berarti lulusan Soshum kurang berperan bagi masyarakat.
Menurutnya, perlu adanya kolaborasi antara kedua bidang tersebut.
Sebab, mahasiswa STEM perlu memiliki wawasan sosial. Sebaliknya, orang Soshum juga harus memahami pentingnya teknologi dan pengambilan keputusan berbasis data.
"Semua perlu diperhatikan. Tapi yang dibahas masalah jumlahnya yang tidak seimbang," lanjut dia.
Ina menjelaskan, jumlah mahasiswa yang mempelajari STEM lebih sedikit karena berbagai penyebab. Misalnya, ada keyakinan bahwa bidang tersebut dianggap sulit, padahal anak-anak SMA lebih banyak mencari jurusan kuliah yang mudah.
Baca juga: Kata Media Asing soal Debat Kelima Pilpres, Sosok Prabowo Jadi Sorotan
Selain itu, bidang STEM juga tidak menyediakan jurusan dan kuota mahasiswa yang cukup dibandingkan Soshum.
Ada juga anggapan anak laki-laki lebih cocok di bidang teknik, sehingga mengurangi minat perempuan di bidang tersebut.