Lebih lanjut, dia mengungkapkan, kedua bidang tersebut sebenarnya dapat bergabung dalam satu pembangunan yang sama.
Lulusan kedokteran dan STEM berperan di masyarakat sebagai dokter dan insinyur, sedangkan lulusan Soshum juga punya peran tersendiri.
Ina mencontohkan, lulusan STEM akan bertugas menggali minyak atau tambang di bidang industri energi. Di saat yang sama, ahli sosiologi diperlukan untuk melakukan riset sosial di wilayah penggalian tersebut.
Para sosiolog, lanjut dia, akan menakar potensi terjadinya konflik atau penolakan dari masyarakat sekitar terkait proyek tersebut.
Artinya, insinyur di bidang STEM tidak tiba-tiba bekerja tanpa pertimbangan dari sisi Soshum.
Terpisah, pengamat pendidikan sekaligus pembina Ikatan Guru Indonesia (IGI), Ahmad Rizali mengungkapkan alasan jumlah mahasiswa jurusan kedokteran dan STEM sedikit di Indonesia.
Karena lebih mahal, STEM menjadi kurang diminati. Banyak anak SMA juga menghindari bidang ini karena tidak menyukai pelajaran matematika dan kimia.
"Di negara berkembang seperti Indonesia, STEM masih sangat diminati atau dianggap lebih penting karena akses ke kesejahteraan ekonomi lebih cepat," ujar pria yang akrab disapa Nanang ini, saat diwawancarai Kompas.com, Senin (5/2/2024).
Kondisi ini membuat jumlah lulusan Soshum dapat tumbuh lebih cepat daripada STEM. Bidang Soshum juga dianggap penting karena memiliki hasil jangka panjang, seperti sejarah dan antropologi.
"Semakin maju sebuah negara, maka sudah tidak ada lagi yang lebih penting, karena dalam industri tinggi (Hi-Tech) sekalipun, diperlukan ekonom dan psikolog untuk manusia-manusia yang terlibat," lanjut dia.
Nanang menegaskan, mutu jurusan Soshum wajib ditingkatkan seiring peningkatan mutu bidang STEM dan kedokteran.
Perbaikan yang diperlukan antara lain peningkatan mutu sistem pembelajaran Soshum, peningkatan mutu dosen dan mahasiswanya, serta kendali mutu yang lebih ketat.
Baca juga: Daftar Artis dan Influencer yang Diklaim Dukung Prabowo-Gibran
Sementara itu, Juru Bicara (jubir) Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Viva Yoga Mauladi mengatakan, Prabowo tidak menutup kemungkinan akan mengirimkan mahasiswa Soshum ke luar negeri.
"Orientasinya itu agar proses industrisasi dan digitalisasi di Indonesia itu bisa dikembangkan oleh anak Indonesia. Konteksnya itu," ujarnya saat dikonfirmasi Kompas.com, Senin (5/2/2024).
Namun, kondisi tersebut tidak berarti mahasiswa atau lulusan jurusan Soshum dianggap tidak penting.
Menurutnya, jurusan Soshum di Indonesia cukup baik. Indonesia bahkan memiliki sistem pendidikan di jurusan ilmu sosial dan hukum yang lebih lengkap.
Beberapa kampus ternama di dalam negeri juga tidak kalah hebat dari kampus-kampus dari negara Barat.
"Tapi tetep akan dibuka peluang untuk itu (mengirim mahasiswa Soshum ke luar negeru)," tegas Viva.
Baca juga: Saat Prabowo Janjikan AHY Posisi Strategis di Pilpres 2019 dan 2024...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.