KOMPAS.com - Menurut Ramen Museum di New York, ramen merupakan hidangan mi berkuah khas Jepang.
Makanan ini berasal dari China dan diimpor ke Jepang pada akhir tahun 1900-an dan semakin populer pasca-perang.
Sajian ini terdiri dari mi, kuah, dan beberapa topping seperti daging, sayuran, dan pelengkap hidangan lainnya.
Karena kepopulerannya, ramen menjadi salah satu makanan berkuah terenak di dunia versi beberapa media.
Selain dapat dimakan di kedai makan atau restoran, ramen sekarang dapat dinikmati dalam bentuk instan.
Namun, apakah ramen baik bagi kesehatan jika terlalu sering dikonsumsi?
Baca juga: Ramai soal Driver Gojek Tonjok Pegawai Wanita di Restoran Ramen, Ini Kronologi dan Klarifikasi Gojek
Ramen pada dasarnya bukan merupakan makanan yang sehat atau tidak sehat, tetapi makanan ini memiliki nilai gizi yang terbatas.
Mi ramen mengandung karbohidrat, lemak, protein dan beberapa mikronutrien seperti vitamin B dan zat besi.
Pendiri Street Smart Nutrition, Cara Harbstreet menjelaskan, secara obyektif, mi ramen instan bukan pilihan hidangan yang paling bergizi.
“Mi ramen sangat tinggi sodium dan tidak mengandung banyak serat seperti biji-bijian, vitamin, atau mineral,” kata Harbstreet, dikutip dari Eating Well, Sabtu (3/6/2023).
Selain itu, rasa dari ramen instan sangat tergantung pada penambahan natrium yang sangat tinggi, bahkan bisa lebih dari 90 persen.
Apabila dikonsumsi terus-menerus atau terlalu sering, asupan natrium yang tinggi dikaitkan dengan risiko penyakit berbahaya, seperti tekanan darah tinggi, penyebab utama stroke, dan penyakit jantung.
Meskipun demikian, ramen merupakan pilihan kaya karbohidrat yang dapat menjadi sumber energi yang mudah, murah, dan terjangkau.
Ramen instan juga masih dapat dikonsumsi sesekali dan ditambahkan dengan beberapa makanan bergizi lainnya.
Sedangkan ramen yang dibuat segar atau homemade, merupakan resep tradisional dari Asia Timur yang bisa memakan waktu lama untuk diolah.