KOMPAS.com - Presiden Korea Utara (Korut), Kim Jong Un sambil berlinang air mata memohon para ibu di negaranya mempunyai anak lebih banyak.
Hal ini bukan tak berdasar, dikutip dari New York Post, Selasa (5/12/2023), Kim Jong Un memohon hal tersebut untuk mengimbangi penurunan angka kelahiran di Korea Utara.
Dalam sebuah pidato yang didampingi para pemimpin Korea Utara, Kim mengatakan bahwa peningkatan jumlah penduduk akan membantu memperkuat negara itu.
Negara yang berada di Semenanjung Korea tersebut juga menawarkan tunjangan khusus untuk keluarga dengan tiga anak atau lebih.
Hal itu mencakup perumahan gratis, makanan, obat-obatan, perlengkapan rumah tangga, dan insentif pendidikan.
Baca juga: Anak Berusia 2 Tahun Dihukum Seumur Hidup di Korea Utara, Ini Alasannya
Kim menuturkan, negaranya dihadapkan oleh sejumlah tugas sosial yang harus diselesaikan para ibu Korea Utara.
“Tugas-tugas ini termasuk membesarkan anak-anak mereka sehingga mereka akan dengan teguh meneruskan revolusi kita, menghilangkan praktik-praktik non-sosialis yang semakin meningkat akhir-akhir ini, meningkatkan keharmonisan keluarga dan kesatuan sosial, membangun cara hidup budaya dan moral yang sehat, menciptakan kebajikan komunis dan sifat-sifat membantu dan memimpin satu sama lain maju menguasai masyarakat kita, menghentikan penurunan angka kelahiran, dan merawat anak-anak dengan baik serta mendidik mereka secara efektif,” tuturnya pada Minggu (3/12/2023), dikutip dari Independent.
“Ini adalah urusan keluarga kita bersama, yang perlu kita selesaikan dengan bergandengan tangan dengan ibu kita,” lanjutnya.
Baca juga: Korea Utara Eksekusi Ibu Hamil, karena Tunjuk Foto Kakek Kim Jong Un
Meski begitu, tingkat kesuburan Korea Utara masih lebih tinggi dibandingkan beberapa negara tetangganya yang sama-sama sedang bersusah payah menghadapi tren penurunan serupa.
Korea Selatan mengalami penurunan tingkat kesuburan ke rekor terendah pada angka 0,78 tahun lalu. Sementara Jepang mengalami penurunan menjadi 1,26.
Korea Utara yang berpenduduk sekitar 25 juta orang, dalam beberapa dekade terakhir juga harus menghadapi kekurangan pangan yang serius.
Masalah tersebut termasuk bencana kelaparan mematikan pada tahun 1990-an yang umum disebabkan oleh bencana alam seperti banjir sehingga merusak hasil panen.
Hyundai Research Institute yang berbasis di Seoul, Korea Selatan mencatat, tingkat kesuburan Korea Utara mengalami penurunan besar setelah bencana kelaparan pada 1990-an yang diperkirakan menewaskan ratusan ribu orang itu.
“Mengingat Korea Utara kekurangan sumber daya dan kemajuan teknologi, maka negara ini akan menghadapi kesulitan untuk menghidupkan kembali dan mengembangkan industri manufaktur jika tidak tersedia tenaga kerja yang cukup,” bunyi keterangan Hyundai Research Institute.
Baca juga: Alasan Korea Utara Eksekusi Remaja SMA yang Tonton dan Edarkan Salinan Drakor
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.