SAYA pengagum berat musik Keroncong maka menyempatkan diri khusus berkunjung ke Lisabon, Portugal untuk berusaha mempelajari musik Fado yang semula saya anggap merupakan cikal bakal alias akar musik Keroncong.
Ternyata saya jeliru. Sama sekali tidak ada kesamaan Fado dengan Keroncong kecuali titinada diatonika. Pada hakikatnya suasana sukma Fado Portugis lebih mirip Chanson Perancis.
Seharusnya agar tidak tersesat arah ke Fado, saya lebih cermat dan seksama menyimak lirik lagu Keroncong Moresko, yaitu “Oo ooi Keroncong Moresko aku dendangkan, aduh sayang. Agar hati rindu, kembali senang”.
Di dalam lirik lagu Keroncong Moresko yang sudah masuk kategori perbendaharaan musik abadi Nusantara tersebut sama sekali tidak disebut Fado, namun Moresko yang berasal dari istilah bahasa Portugis: Mouriska sebagai nama jenis musik untuk mengiringi dansa era Rennaisance dan Barok di Eropa.
Musik Mouriska digunakan abad XVII oleh Claudio Monteverdi pada opera Orfeo serta abad XVIII oleh Georg Friederich Haendel pada Ariodante maupun Franco Zeffirelli pada film Romeo dan Julia pada abad XX.
Secara subyektif saya pribadi paling merasakan sukma irama Mouriska yang berpengaruh terhadap jalinan irama anyaman Keroncong justru bukan di Portugis, namun di Italia pada bagian ke dua L’Inverno dari mahakarya konserto biolin La quattro stagioni garapan Antonio Vivaldi terutama apabila ditafsirkan oleh ansambel I musisi di Roma.
Suasana melodi surgawi mengambang di atas petikan pizzicato alat musik dawai memang kerap ditemukan pada konserto-konserto Vivaldi di Italia yang sangat memengaruhi Johann Sebastian Bach di Jerman.
Semisal, bagian ke dua Konserto untuk klavisembalo dalam f-kecil yang dipopulerkan kembali pada pianoforte abad XX oleh sang legenda Glenn Gould.
Berdasar kronologi kultural historis-musikologis layak diyakini bahwa para pelaut dan pedagang Portugis yang baru mendarat di kawasan Asia Tenggara pada awal abad XVI mustahil membawa musik Fado yang baru mulai dikenal di Portugis pada abad XVIII.
Menakjubkan bagi saya pribadi adalah kemampuan para pemusik Nusantara menyerap sukma musik Moresko yang dibawa oleh bangsa Portugis dari Eropa ke persada Nusantara.
Kemudian para pemusik Nusantara asri mengolah serta indah mengembangkannya menjadi musik keroncong sebagai warisan mahakarya kebudayaan khas Indonesia dipersembahkan kepada dunia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.