Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hujan di Jakarta Ada Andil Modifikasi Cuaca, Bagaimana Prosesnya?

Kompas.com - 29/08/2023, 17:30 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) diguyur hujan pada Minggu (27/8/2023) sore hingga malam hari.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan hujan ini sebagai efek dari penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC). Teknologi tersebut dilakukan guna mempercepat pertumbuhan awan hujan dalam rangka mengatasi polusi udara.

"Iya benar. Hujan (buatan) turun karena penerapan teknologi modifikasi cuaca yang masih dilakukan," ujar Kepala BMKG Dwikorita, seperti diberitakan Kompas.com, Senin (28/8/2023).

Ia menjelaskan, hujan intensitas sedang hingga lebat turun di Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Jakarta Barat.

Sementara hujan dengan intensitas ringan hingga sedang terjadi di sebagian Kabupaten Bogor, Depok, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan Tangerang Selatan.

Baca juga: Polusi Udara di Indonesia Disorot, Ini Cara Mengatasinya Menurut KLHK dan Pakar


Waktu pelaksanaan modifikasi cuaca

Koordinator Laboratorium Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca BRIN Budi Harsoyo mengatakan, operasi TMC yang dilakukan dari Bandara Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta dilakukan sejak Kamis (24/8/2023).

"Sejak sore tadi (Minggu, 27 Agustus 2023), kami sudah mendapat banyak laporan kejadian hujan di wilayah Bogor, Depok, Tangerang Selatan, ke Jakarta Selatan,” ujar Budi, dilansir dari Kompas.id, Minggu (27/8/2023).

Proses modifikasi ini dilakukan menggunakan CASA 212 registrasi A-2114 di ketinggian 8.000-10.000 kaki. Pesawat miliki TNI AU total terbang selama 10 jam 35 menit.

Sebanyak 4.800 kilogram garam (NaCl) dan 800 kg kapur tohor (CaO) disemai ke awan kumulus dan stratokumulus yang muncul di langit Jabodetabek.

Modifikasi cuaca akan terus dilakukan

Terpisah, peneliti bidang iklim dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Edvin Aldrian mengungkapkan bahwa proses modifikasi cuaca untuk membuat hujan buatan ini akan terus dilakukan.

Operasi modifikasi cuaca ini dilakukan oleh tim gabungan dari BRIN, BMKG, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan TNI Angkatan Udara.

"Itu (modifikasi cuaca) rencananya terus berlangsung. (Prosesnya dilakukan) kalau mendukung," jelasnya kepada Kompas.com, Senin (28/8/2023).

Edvin menyebut, proses modifikasi cuaca untuk menurunkan hujan buatan akan terus dilakukan sampai acara ASEAN Summit selesai dilangsungkan.

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN atau ASEAN Summit ke-43 2023 berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta pada 5-7 September 2023.

"Sasaran utamanya event itu," ujar dia.

Baca juga: Memahami Cara Kerja Hujan Buatan Memadamkan Api Kebakaran Hutan

Halaman:

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com