Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Jangan Lupakan Panji Semirang

Kompas.com - 15/08/2023, 17:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

AKHIR-akhir ini, nama Panji kerap disebut-sebut di media sosial maupun media asosial dalam konotasi lebih ke arah negatif ketimbang positif. Alhasil ada Panji lainnya yang dilupakan, yaitu Panji Semirang.

Sebaiknya jangan lupakan Panji Semirang, sebab mahakarya sastra ini memiliki bobot kebudayaan jauh lebih berharga untuk dikenang ketimbang Panji yang sedang dihebohkan warga alam maya zaman now.

Kisah Panji Semirang merupakan mahakarya kesusastraan Nusantara sebagai satu di antara para episod di dalam antologi Cerita Panji yang berasal dari Jawa Timur pada abad ke-14 Masehi.

Alkisah, menurut versi kisah Panji Semirang di pulau Jawa hadir kerajaan Kahuripan (Jenggala), Daha (Kediri), Gegelang dan Singasari, yang dipimpin oleh 4 bersaudara.

Raja Kahuripan mempunyai anak laki-laki bernama Inu Kertapati, sedang raja Daha mempunyai anak perempuan bernama Galuh atau Candra Kirana.

Dalam pengembaraan Inu Kertapati mengabdi kepada raja Gegelang dan bertemu seorang kelanawan bernama Panji Semirang.

Panji Semirang sebenarnya adalah Galuh Candra Kirana yang menyamar jadi laki-laki. Panji Semirang meneruskan kelananya dan mendirikan kerajaan di Danuraja. Panji Semirang sebagai rajanya dan kembali menjadi perempuan.

Selanjutnya sewaktu terjadi peperangan di Danuraja, Inu Kertapati membantu mengusir musuh.

Akhirul cerita, Inu Kertapati menjadi raja di Kahuripan menikah dengan Candra Kirana raja Danuraja.

Pada kenyataan peradaban jangkauan pengaruh Cerita Panji bahkan telah merambah sampai ke masyarakat Malaysia dan Thailand.

Kisah-kisah Panji menceritakan pengembaraan menemukan Dewi Sekartaji. Namun, dalam pengembaraan itu berkembang setidaknya 15 cerita kisah percintaan.

Kumpulan Cerita Panji sejatinya dituturkan sejak zaman Kerajaan Majapahit. Seiring berjayanya kerajaan itu, Cerita Panji menyebar ke berbagai daerah seperti Bali, Lombok dan Sulawesi Selatan lalu menyeberang ke Malaysia disebut sebagai hikayat dan Thailand disebut sebagai Inao.

Menurut teks sejarah Malaysia, penyebaran kisah Panji ke Tanah Melayu terjadi berkat perkawinan Raja Malaka, Sultan Mansyur Syah, dengan putri raja dari Majapahit.

Sebanyak 76 manuskrip cerita Panji dalam bahasa Bugis, Jawa Kuno dan Aceh kini disimpan di Perpustakaan Nasional Indonesia, 5 naskah dalam bahasa Melayu di Perpustakaan Negara Malaysia, satu naskah dalam bahasa Khmer di Perpustakaan Kamboja, dan 250 manuskrip di Perpustakaan Leiden, Belanda.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah resmi memaklumatkan Cerita Panji sebagai warisan kebudayaan Nusantara setara dengan Arjuna Wiwaha dan Sureg Galigo.

Syukur Alhamdullilah, pada 31 Oktober 2017, UNESCO resmi menetapkan naskah-naskah Cerita Panji sebagai ‘Memory of the World’.

Maka jangan lupakan Panji Semirang! MERDEKA!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com