KOMPAS.com - Gigitan nyamuk adalah cara seekor nyamuk untuk mendapatkan makanan dan bertahan hidup.
Nyamuk betina adalah jenis yang menggigit manusia dan hewan untuk mendapatkan makanan darah. Faktanya, nyamuk jantan tidak menggigit manusia dan hewan.
Sebagaimana diketahui, nyamuk betina membutuhkan darah untuk reproduksi. Sebab mereka tidak dapat menghasilkan telur tanpa makan darah.
Baca juga: Apa Hewan Darat Terbesar yang Pernah Berjalan di Permukaan Bumi?
Sayangnya, nyamuk biasanya meninggalkan bekas yang menjengkelkan setelah menggigit manusia.
Dilansir dari laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat CDC, tanda-tanda umum bekas gigitan nyamuk meliputi:
Baca juga: 7 Hewan Pengisap Darah, Ada Nyamuk, Lintah, dan Kelelawar
Bengkak dan gatal yang muncul setelah digigit nyamuk adalah reaksi alergi terhadap ludah nyamuk.
Saat nyamuk menggigit Anda, ia menusuk kulit menggunakan bagian mulut khusus (belalai) untuk menyedot darah.
Saat mereka mengisap darah, nyamuk menyuntikkan air liur ke kulit Anda, dan tubuh Anda bereaksi terhadap air liur tersebut sehingga mengakibatkan benjolan dan gatal.
Beberapa orang hanya memiliki reaksi ringan terhadap gigitan nyamuk. Namun ada orang yang mengalami pembengkakan, nyeri, dan kemerahan yang luas.
Baca juga: Mengapa Hewan Memiliki Ekor? Berikut Penjelasannya
Sejalan dengan itu, dilansir dari laman Encyclopedia Britannica, nyamuk menggunakan mekanisme yang melibatkan air liur untuk mengeluarkan darah sebanyak mungkin dan secepat mungkin.
Mulut nyamuk terdiri dari beberapa “belalai”, satu untuk menyeruput darah dan yang lain digunakan untuk memompa air liur ke dalam pembuluh darah manusia.
Air liurnya bertindak sebagai antikoagulan, yang mencegah pembekuan darah sehingga memudahkan darah mengalir tanpa gangguan saat mereka mengisap.
Baca juga: 7 Tanaman Tertua di Dunia, Ada yang Berusia 80.000 Tahun
Sayangnya, manusia alergi terhadap beberapa protein yang terkandung dalam air liur nyamuk.