Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penemuan Batu Mineral Berusia 150 Juta Tahun dari Era Jurassic, Diduga Berasal dari Perut Reptil Laut Besar

Kompas.com - 11/07/2023, 18:15 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah batu dari dalam perut yang berusia 150 juta tahun menjadi fosil tertua yang diketahui dari jenisnya setelah ditemukan di sebuah pantai di Inggris.

Fosil yang berbentuk seperti kepalan tangan ini 59 juta tahun lebih tua dari fosil batu yang berasal dari perut makhluk hidup lain yang pernah ditemukan sebelumnya.

Dalam penemuan yang sangat langka, para peneliti telah mengidentifikasinya sebagai batu perut tertua di dunia yang berasal dari akhir periode Jurassic.

Batu yang ditemukan di luar kerangka itu hampir tidak mungkin untuk dijabarkan secara pasti berasal dari hewan tertentu.

Namun berdasarkan ciri-ciri khas, Nigel Larkin, ahli paleontologi dan peneliti tamu di School of Biological Sciences di University of Reading, memiliki beberapa ide.

"Dari ukuran, dan mengingat batu ini ditemukan di tanah liat dari era Jurassic atas, mengindikasikan bahwa batu ini kemungkinan besar terbentuk di dalam perut reptil laut besar seperti ichthyosaurus, plesiosaurus, pliosaurus, atau buaya," katanya dikutip dari IFL Science.

"Batu itu bukan berasal dari dinosaurus karena dinosaurus hidup di darat, tapi ini tetap merupakan penemuan yang sangat menarik dan langka," tambahnya.

Batu langka tersebut diambil oleh ahli paleontologi terkenal, Dr Steve Etches MBE di Kimmeridge, Dorset.

Ketika Larkin menemukannya, dia mulai curiga bahwa dilihat dari bentuknya, batu itu mungkin berasal dari biologis dan bukan hasil dari proses geologi, seperti yang disarankan oleh para ahli fosil lainnya.

Sejak saat itu, ia menerbitkan sebuah penelitian dengan menggunakan kata-kata Larkin sendiri "obyek misterius yang sangat aneh ini".

Baca juga: Misteri Air Terjun Blood Falls Antartika yang Berwarna Merah Darah Terungkap, Ilmuwan Jelaskan Penyebabnya

Terbentuk di saluran pencernaan

Fosil batu biologis ini merupakan sejenis endapan mineral yang mirip dengan kelainan patologis lainnya seperti batu kandung kemih dan batu ginjal.

Tidak seperti gastrolit (kerikil-kerikil kecil di lambung reptil), batu ini adalah benda mineral yang terbentuk secara alami di dalam tubuh makhluk hidup, mulai dari manusia hingga ichthyosaurus.

"Kami bahkan telah menemukan batu empedu di dalam perut mumi Mesir, tapi mereka tetap jarang ditemukan dalam catatan fosil," kata Larkin.

Salah satu penjelasan untuk kelangkaan fosil ini adalah karena mereka telah ditemukan tapi tidak diidentifikasi dengan benar.

Dikutip dari Express, identitas endapan mineral khusus ini ditemukan berkat bantuan Dr Ivan Sansom, Dosen Senior Palaeobiologi di University of Birmingham, yang melakukan analisis mikroskopis terhadap batu tersebut.

Struktur dan komposisi mineralnya mengindikasikan bahwa batu tersebut terbentuk di saluran pencernaan.

Selain mengidentifikasi usianya yang sangat tua, peneliti juga menegaskan bahwa pertumbuhan mineral ini tidak hanya terjadi pada hewan darat, tetapi juga bisa ditemukan di lingkungan palaeo laut.

Penemuan ini juga menjadi pijakan pertama kalinya, bahwa spesimen semacam itu ditemukan di Inggris.

Temuan lengkap dari penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the Geologists' Association.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com