Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Meragukan Karya Anak Bangsa Sendiri

Kompas.com - 05/07/2023, 15:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA 2 Mei 2022, berarti sudah lebih dari setahun lalu, Kompas.com memberitakan seorang warga Cirebon, Jawa Barat, bernama Ariyanto Misel mengaku berhasil menemukan teknologi air diolah menjadi bahan bakar kendaraan bermotor.

Teknologi temuan Ariyanto tersebut diberi nama Nikuba, yang konon sudah mulai dilirik oleh para produsen mobil terkemuka di Eropa.

Namun berbagai pihak sesama warga Indonesia, termasuk seorang peneliti BRIN, meragukan air bisa diolah menjadi bahan bakar kendaraan bermotor dengan berbagai alasan saintifik maupun teknologis secara meyakinkan.

Padahal pada 2014, kantor berita Jerman, Deutsche Welle sudah memberitakan lengkap dengan bukti foto, bukan deep fake, bahwa perusahaan mobil Jerman, Audi sudah memamerkan prototip mobil A7 h-tron yang eksplisit dinyatakan menggunakan tenaga hidrogen. Hidrogen juga sudah digunakan untuk membuat bom.

Kasus polemik Nikuba mengingatkan saya pada kasus polemik metode “cuci otak” dan vaksin Nusantara yang digagas Prof. Dr. dr Terawan Agus Putranto.

Pada saat itu, IDI sepakat dalam menuduh sang mantan Menteri Kesehatan Republik Indonesia itu melakukan pelanggaran kode etik karena berani-beraninya melakukan metode terapi dan vaksin anti-Corona yang belum diuji demi terbukti secara “ilmiah” pada manusia, termasuk saya.

Bahkan gelar doktoral Prof. Terawan ikut diragukan keabsahannya oleh para antipatisan sang putra terbaik Indonesia kelahiran Sosromenduran, Gedongtengen, Yogyakarta yang ramah tamah tersebut .

Pengalaman yang mirip, meski serupa tapi tak sama, juga saya alami ketika berani-beraninya mengemukakan hasrat ingin mempergelar wayang orang di panggung Sydney Opera House, Australia.

Pada masa itu, hasrat saya antusias didukung oleh manajemen Sydney Opera House. Namun diragukan justru oleh sesama warga Indonesia sendiri, dengan dalih bahwa saya ingin mempermalukan bangsa Indonesia di forum internasional karena wayang orang adalah seni kelas kampungan.

Maka pada 18 Desember 2018, saya buktikan bahwa wayang orang sama sekali bukan seni kelas kampungan, namun seni kelas dunia dengan mempergelar lakon Banjaran Gatotkaca oleh Laskar Indonesia Pusaka di panggung Sydney Opera House.

Pagelaran itu memperoleh sambutan standing ovation lebih dari 2.000 hadirin memadati hall utama Gedung Kesenian paling bergengsi di planet bumi masa kini.

Seusai pergelaran, para hadirin antre panjang untuk foto bersama dengan para seniman/seniwati wayang orang yang dipuji oleh Manajer Produksi Sydney Opera House, Derrin Brown, sebagai satu di antara pergelaran terbaik sepanjang sejarah Sydney Opera House.

Akibat menegaskan bahwa Gunung Padang adalah situs arkeologis, Dr. Ali Akbar dari FIB Universitas Indonesia diundang untuk memaparkan presentasi tentang Gunung Padang di hadapan para arkeolog dan sejarawan Vrij Universiteit Amsterdam dan di Museum Nasional Beijing nan kolosal-gigantis itu.

Namun di Tanah-Air-Udaranya sendiri, Ali Akbar dianggap oleh para (tidak semua) arkeolog dan sejarawan Indonesia sebagai seorang pembuat hoax alias omong kosong belaka.

Pada hakikatnya, segenap peristiwa penuh keraguan tersebut merupakan indikasi bahwa sebagian (tidak semua) warga Indonesia memang terlanjur mengidap gejala xenofilia (cinta karya orang asing), maka justru meragukan karya sesama warga bangsa Indonesia sendiri.

Maka mohon dimaafkan bahwa naskah ini tidak saya tutup dengan pekik Merdeka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Tren
10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

Tren
Cara Ubah File PDF ke JPG, Bisa Online atau Pakai Aplikasi

Cara Ubah File PDF ke JPG, Bisa Online atau Pakai Aplikasi

Tren
Mengenal Penyakit Infeksi Arbovirus, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Mengenal Penyakit Infeksi Arbovirus, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Tren
Federasi Sepak Bola Korea Selatan Minta Maaf Usai Negaranya Gagal ke Olimpade Paris

Federasi Sepak Bola Korea Selatan Minta Maaf Usai Negaranya Gagal ke Olimpade Paris

Tren
Profil Joko Pinurbo, Penyair Karismatik yang Meninggal di Usia 61 Tahun

Profil Joko Pinurbo, Penyair Karismatik yang Meninggal di Usia 61 Tahun

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com