Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Meragukan Karya Anak Bangsa Sendiri

Teknologi temuan Ariyanto tersebut diberi nama Nikuba, yang konon sudah mulai dilirik oleh para produsen mobil terkemuka di Eropa.

Namun berbagai pihak sesama warga Indonesia, termasuk seorang peneliti BRIN, meragukan air bisa diolah menjadi bahan bakar kendaraan bermotor dengan berbagai alasan saintifik maupun teknologis secara meyakinkan.

Padahal pada 2014, kantor berita Jerman, Deutsche Welle sudah memberitakan lengkap dengan bukti foto, bukan deep fake, bahwa perusahaan mobil Jerman, Audi sudah memamerkan prototip mobil A7 h-tron yang eksplisit dinyatakan menggunakan tenaga hidrogen. Hidrogen juga sudah digunakan untuk membuat bom.

Kasus polemik Nikuba mengingatkan saya pada kasus polemik metode “cuci otak” dan vaksin Nusantara yang digagas Prof. Dr. dr Terawan Agus Putranto.

Pada saat itu, IDI sepakat dalam menuduh sang mantan Menteri Kesehatan Republik Indonesia itu melakukan pelanggaran kode etik karena berani-beraninya melakukan metode terapi dan vaksin anti-Corona yang belum diuji demi terbukti secara “ilmiah” pada manusia, termasuk saya.

Bahkan gelar doktoral Prof. Terawan ikut diragukan keabsahannya oleh para antipatisan sang putra terbaik Indonesia kelahiran Sosromenduran, Gedongtengen, Yogyakarta yang ramah tamah tersebut .

Pengalaman yang mirip, meski serupa tapi tak sama, juga saya alami ketika berani-beraninya mengemukakan hasrat ingin mempergelar wayang orang di panggung Sydney Opera House, Australia.

Pada masa itu, hasrat saya antusias didukung oleh manajemen Sydney Opera House. Namun diragukan justru oleh sesama warga Indonesia sendiri, dengan dalih bahwa saya ingin mempermalukan bangsa Indonesia di forum internasional karena wayang orang adalah seni kelas kampungan.

Maka pada 18 Desember 2018, saya buktikan bahwa wayang orang sama sekali bukan seni kelas kampungan, namun seni kelas dunia dengan mempergelar lakon Banjaran Gatotkaca oleh Laskar Indonesia Pusaka di panggung Sydney Opera House.

Pagelaran itu memperoleh sambutan standing ovation lebih dari 2.000 hadirin memadati hall utama Gedung Kesenian paling bergengsi di planet bumi masa kini.

Seusai pergelaran, para hadirin antre panjang untuk foto bersama dengan para seniman/seniwati wayang orang yang dipuji oleh Manajer Produksi Sydney Opera House, Derrin Brown, sebagai satu di antara pergelaran terbaik sepanjang sejarah Sydney Opera House.

Akibat menegaskan bahwa Gunung Padang adalah situs arkeologis, Dr. Ali Akbar dari FIB Universitas Indonesia diundang untuk memaparkan presentasi tentang Gunung Padang di hadapan para arkeolog dan sejarawan Vrij Universiteit Amsterdam dan di Museum Nasional Beijing nan kolosal-gigantis itu.

Namun di Tanah-Air-Udaranya sendiri, Ali Akbar dianggap oleh para (tidak semua) arkeolog dan sejarawan Indonesia sebagai seorang pembuat hoax alias omong kosong belaka.

Pada hakikatnya, segenap peristiwa penuh keraguan tersebut merupakan indikasi bahwa sebagian (tidak semua) warga Indonesia memang terlanjur mengidap gejala xenofilia (cinta karya orang asing), maka justru meragukan karya sesama warga bangsa Indonesia sendiri.

Maka mohon dimaafkan bahwa naskah ini tidak saya tutup dengan pekik Merdeka.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/07/05/153000865/meragukan-karya-anak-bangsa-sendiri

Terkini Lainnya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Tren
Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Tren
Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Tren
Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke