KOMPAS.com - Baru-baru ini NASA memperingatkan adanya potensi gangguan internet selama berbulan-bulan pada 2025 yang mereka sebut dengan "kiamat internet".
Gangguan internet ini adalah akibat dari badai Matahari, dikutip dari USA Today.
Menurut NASA, selama siklus 11 tahunan, Matahari akan menjadi lebih aktif sekitar pertengahan periode ini dan secara bertahap menjadi tenang setelahnya.
Saat Matahari menjadi lebih aktif, badai Matahari menjadi lebih parah dan kuat.
NASA menjelaskan, angin surya diciptakan oleh ekspansi luar partikel bermuatan korona Matahari di atmosfer terluar.
Meskipun jauh lebih padat daripada angin di Bumi, tetapi angin Matahari jauh lebih cepat, yakni 1-2 juta mil per jam.
Baca juga: Relawan NASA Mulai Tinggal di Mars Buatan hingga Setahun
Karena angin yang dihasilkan badai berada di dekat Matahari, dampak atmosfer berpotensi dirasakan di Bumi.
Suar matahari dan pelepasan massa koronal mendorong badai yang melepaskan partikel Matahari dan radiasi elektromagnetik ke Bumi.
Ketika frekuensi lontaran massa koronal meningkat pada puncak siklus 11 tahunannya, maka akan terjadi aktivitas elektromagnetik di puncak Matahari.
Kondisi ini membuat peningkatan risiko gangguan di Bumi, seperti badai geometris yang dapat menghambat sinyal satelit, komuniasi radio, internet, dan jaringan listrik.
Menurut para ahli, peristiwa ini sangat langka dan belum pernah terjadi di era digital.
Baca juga: Badai Matahari, Apa Itu dan Bagaimana Dampaknya ke Bumi?
Dikutip dari Washington Post, badai Matahari yang dikenal sebagai Carrington Event pada 1859 pernah menyebabkan beberapa kerusakan.
Badai Matahari kala itu memicu kebakaran di stasiun telegraf, sehingga pengiriman persan terkendala selama beberapa waktu.
Badai juga membuat cahaya utara turun ke garis lintang serendah Jamaika.
Selain itu, badai Matahari pada 1989 juga melumpuhkan jaringan listrik Quebec selama berjam-jam.