KOMPAS.com - Warga Perancis melakukan protes besar-besaran setelah penembakan polisi terhadap Nahel Merzouk (17), Selasa (27/6/2023).
Remaja keturunan Aljazair dan Maroko itu terbunuh saat petugas kepolisian berusaha menghentikan mobil Mercedes kuning yang dikendarainya.
Pada Rabu (28/6/2023) malam, penembakan tersebut memicu aksi unjuk rasa dan bentrokan di lokasi kejadian, tepatnya di Nanterre, daerah pinggiran Kota Paris.
Akibat kerusuhan ini, puluhan ribu polisi dikerahkan dan menangkap ribuan warga yang terlibat.
Berikut kondisi selama kerusuhan terjadi di Perancis.
Baca juga: Duduk Perkara Kerusuhan di Perancis, Dipicu oleh Kematian Remaja 17 Tahun
Diberitakan New York Times, protes terhadap kekerasan polisi mulai muncul Rabu (28/6/2023) malam.
Para anak muda bentrok dengan polisi di Nanterre. Mereka juga membakar mobil dan sampah, serta melempar kembang api.
Sementara itu, sekitar 40.000 petugas dikerahkan untuk menghadang demonstrasi, bahkan menangkap hampir 200 orang.
Pada Kamis (29/6/2023), polisi menembakkan gas air mata ke pengunjuk rasa di dekat lokasi penembakan, Alun-alun Nelson Mandela di Nanterre.
Di hari yang sama, pengunjuk rasa membakar 2.000 mobil dan merusak hampir 500 bangunan di puluhan kota di seluruh Perancis.
Baca juga: Polisi di Perancis Acungkan Senjata Saat Menghentikan Mobil, Politisi Kecam Undang-Undang
Pembatasan diberlakukan antara pukul 9 malam hingga 6 pagi keesokan harinya.
Selain itu, layanan bus dan trem di Paris berhenti sebelum Matahari terbenam untuk melindungi pekerja dan penumpang.
Sementara di Marseille, kota terbesar kedua Perancis, semua angkutan umum akan berhenti sejak pukul 7 malam waktu setempat.
Hingga Kamis malam, The Guardian menyebut terdapat 492 bangunan rusak, 2.000 kendaraan terbakar, dan 3.880 kebakaran terjadi di seluruh Perancis.
Baca juga: Kerusuhan Perancis Meluas, Bagaimana Nasib WNI di Sana?