Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Mei dan Juni 2023 Cocok Naik Gunung karena Suhu Dingin, Ini Kata BMKG

Kompas.com - 18/05/2023, 16:30 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Cuitan yang menyebutkan pertengahan Mei sampai awal Juni 2023 merupakan periode yang cocok untuk naik gunung ramai ditanggapi warganet di Twitter.

Hal tersebut bermula dari cuitan akun ini yang sudah ditayangkan sebanyak 50.200 kali hingga Kamis (18/5/2023).

Pengunggah mengatakan, pertengahan Mei sampai awal Juni 2023 memiliki suhu dingin yang pas sehingga cocok bagi pendaki yang naik gunung.

"Pertengahan bulan Mei sampai awal Juni waktu yang tepat buat naik gunung, suhu dinginnya pas, cuaca bersahabat, langit cerah buat memandang bimasakti dikegelapan," cuit pengunggah.

Lantas, benarkah hal tersebut?

Baca juga: Marinir TNI AL Akan Latihan Bersama di California, Suhu Dingin Jadi Tantangan

Penjelasan BMKG

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) buka suara soal cuitan pertengahan Mei sampai awal Juni merupakan periode yang cocok untuk naik gunung karena suhu dingin yang pas.

Prakirawan Cuaca BMKG Bagas Briliano mengatakan, kondisi tersebut disebabkan oleh tutupan awan yang tidak signifikan.

"Sehingga menyebabkan radiasi energi yang dilepaskan ke bumi tidak lama tersimpan," kata Bagas saat dihubungi Kompas.com, Kamis (18/5/2023).

Ia menambahkan, pada siang hari suhu akan panas akibat sinar matahari yang sampai langsung ke bumi. Sementara pada malam hari suhu menurun sehingga terasa dingin.

"Selain itu suhu dingin terjadi karena peralihan angin yang disebabkan oleh adanya pola tekanan tinggi di wilayah Australia," jelasnya.

"Sehingga terjadi pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia. Angin yang bertiup ini memiliki suhu yang relatif dingin," tambah Bagas.

Baca juga: Satgas Kesehatan TNI Dirikan RS Lapangan Level II di Turkiye, Melawan Suhu Dingin

Imbauan BMKG

Bagas menuturkan, terasanya suhu dingin pada pertengahan Mei sampai awal Juni berhubungan dengan angin monsun Australia yang bertiup terutama pada musim kemarau yang suhunya relatif lebih dingin.

Terkait kondisi tersebut, ia mengimbau supaya masyarakat mengenakan jaket atau pakaian tebal untuk menghadapi suhu yang dingin.

"Dan juga untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan ketika kondisi suhu di luar cukup dingin," pungkasnya.

Sementara itu, angin monsun Australia yang dimaksud Bagas memiliki karakteristik membawa sedikit uap air menjadikan potensi terjadinya pembentukan awan relatif kecil.

Dilansir dari UGM, atmosfer dengan tutupan awan yang sedikit menyebabkan udara lebih dingin terutama saat malam hari.

"Tutupan awan yang sedikit menjadikan pancaran panas dari bumi dilepaskan langsung ke atmosfer pada malam hari," ujar pakar iklim dari UGM Emilya Nurjani.

"Hal tersebut menjadikan tidak adanya penambahan panas di bumi sehingga suhu menjadi lebih rendah dan lebih dingin dari biasanya," tambahnya.

Baca juga: BMKG Sebut Suhu Dingin di Bandung Capai 16 Derajat, Terjadi hingga Sepekan ke Depan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com