Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerusuhan 13-15 Mei 1998: Penyebab, Kronologi, dan Dampaknya

Kompas.com - 13/05/2023, 06:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kerusuhan Mei 1998 menjadi salah satu catatan kelam dalam sejarah bangsa Indonesia.

Penyebab peristiwa yang berlangsung 13-15 Mei 1998 ini sebenarnya adalah krisis finansial Asia atau krisis moneter tahun sebelumnya, yakni 1997.

Kala itu, tepatnya 8 Juli 1997, seperti dilansir Kompas.id (10/5/2021), nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS merosot.

Imbasnya, banyak perusahaan bangkrut, jutaan orang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), enam belas bank dilikuidasi, dan berbagai proyek besar dihentikan.

Krisis ekonomi jadi krisis politik

Krisis ekonomi kemudian meluas hingga ke politik, dan memantik hilangnya kepercayaan publik terhadap pemerintah.

Belum lagi, tewasnya empat mahasiswa Universitas Trisakti pada 12 Mei 1998 kian menyulut emosi masyarakat yang sudah pusing dengan kenaikan harga kebutuhan pokok.

Dikutip dari Kompas.com (15/11/2021), empat mahasiswa Trisakti yang tewas dalam Tragedi Trisakti tersebut, yakni:

  • Elang Mulia Lesmana
  • Hafidin Royan
  • Heri Hartanto
  • Hendiawan Sie.

Baca juga: Kronologi Kerusuhan Mako Brimob 8 Mei 2018, Tragedi yang Tewaskan 5 Polisi dan 1 Tahanan Teroris


Kronologi kerusuhan Mei 1998

Dilansir dari laman Kompas.com (8/5/2023), sebelum kerusuhan, terjadi demonstrasi di Jakarta pada akhir April hingga awal Mei 1998.

Demonstrasi di ibu kota ini menyusul kerusuhan yang terjadi di Medan, Sumatera Utara.

Saat itu, terdapat dua golongan massa yang terlibat dalam aksi. Pertama, gerakan murni intelektual, serta aksi kriminalitas.

Berikut kronologi peristiwa Mei 1998:

12 Mei 1998

Kerusuhan di Medan memantik unjuk rasa mahasiswa Universitas Trisakti pada 12 Mei 1998.

Semula, aksi demonstrasi berlangsung dengan damai di dalam kampus. Namun, kondisi menjadi tak terkendali setelah demonstran bentrok dengan aparat keamanan.

Empat mahasiswa Trisakti menjadi korban penembakan dalam bentrok ini. Kabar ini pun melahirkan gerakan serentak di berbagai wilayah Indonesia.

Ilustrasi: Kerusuhan Mei 1998ARBAIN RAMBEY Ilustrasi: Kerusuhan Mei 1998

13 Mei 1998

Keesokan harinya, 13 Mei 1998 di Jakarta, mahasiswa Trisakti kembali berdemonstrasi sebagai bentuk protes atas tindakan represif aparat.

Aksi itu di depan kampus Trisakti, Jakarta Barat itu kembali berujung ricuh, dan diwarnai dengan pembakaran pom bensin serta pengrusakan pos polisi di Terminal Grogol.

Massa yang semula hanya berjumlah ratusan, kian bertambah setelah berbagai kelompok turut bergabung dalam gerakan mahasiswa Trisakti.

Bukan hanya itu, aksi yang awalnya hanya di sekitar Trisakti kemudian meluas ke arah utara dan timur Jakarta.

Bahkan, kerusuhan juga meluas ke arah barat hingga Cengkareng serta Slipi, dan berlangsung sampai malam hari.

Di sisi lain, di hadapan masyarakat Indonesia di Kairo, Mesir, Presiden Soeharto menyatakan bahwa jika rakyak menghendaki, dirinya tidak akan mempertahankan kedudukannya.

Eupiah saat itu pun tercatat melorot terhadap dollar AS hingga Rp 11.500.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Petisi 50 Kritik Soeharto, Isi, dan Tokohnya

Kerusuhan massa terjadi di wilayah Semanggi, Rabu (13/5/1998). Lalu lintas dari arah jembatan Sudirman ke Semanggi dan sebaliknya terhenti sekitar dua jam. Nampak aparat keamanan mencoba mengamankan jalannya kerusuhan.Kompas/Tri Agung Kristanto Kerusuhan massa terjadi di wilayah Semanggi, Rabu (13/5/1998). Lalu lintas dari arah jembatan Sudirman ke Semanggi dan sebaliknya terhenti sekitar dua jam. Nampak aparat keamanan mencoba mengamankan jalannya kerusuhan.

14 Mei 1998

Pada 14 Mei 1998, gelombang aksi kian membesar dan meluas hampir di seluruh wilayah Jakarta. Massa kala itu juga semakin tak terkendali.

Kerusuhan pada 14 Mei berlangsung mulai pukul 08.00 WIB hingga larut malam. Kerusuhan di berbagai wilayah Jakarta tampak sistematis, yakni terjadi dalam tempo bersamaan.

Kerusuhan juga menyebar hingga ke Bogor, Tangerang, Bekasi, Solo, Yogyakarta, Padang, dan Palembang.

Namun, sekali lagi, aksi kembali berujung pada pengrusakan, penjarahan, dan pembakaran fasilitas umum, gedung perkantoran, mal, pertokoan, serta kendaraan aparat atau pribadi.

Sasaran amukan para pengunjuk rasa tak hanya mengarah keturunan Tionghoa, tetapi juga masyarakat pribumi.

Tindakan kriminalitas lain turut terjadi, termasuk kekerasan fisik, pelecehan seksual, hingga aksi pemerkosaan massal.

Bahkan, kerusuhan 14 Mei 1998 juga dianggap sebagai aksi paling rusuh dalam rangkaian peristiwa Mei 1998.

15 Mei 1998

Meski kerusuhan terbesar terjadi pada 14 Mei, aksi terus berlanjut hingga 15 Mei 1998.

Di Jakarta, kerusuhan pada hari itu sedikit lebih kecil daripada hari sebelumnya. Namun, aparat keamanan terlihat lebih aktif berpatroli sembari membersihkan sisa-sisa aksi sebelumnya.

Di Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur, ratusan korban tewas terbakar ditemukan di Toserba Yogya.

Sementara itu, Presiden Soeharto tiba di Kairo dan melalui Menteri Penerangan Alwi Dahlan, dia membantah telah mengatakan telah bersedia untuk mundur.

Namun, jika masyarakat tidak percaya lagi, Soeharto akan lengser keprabon atau turun tahta.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 22 Februari 1967, Penyerahan Kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com