KOMPAS.com - Unggahan video yang menampilkan batas antara siang dan malam di lautan, viral di media sosial.
Dalam video itu, tampak perekam mengarahkan kamera ke sisi kiri yang masih terang dengan garis oranye sebagai tanda sore hari.
Selanjutnya, ia pun mengarahkan kameranya ke sisi kanan yang menunjukkan suasana sudah malam.
Bahkan, tampak rembulan sudah bersinar terang di langit.
Baca juga: Sempat Disebut Muncul Dukhan, Langit Cerah Malam 15 Ramadhan Hiasi Twitter
Perbatasan waktu siang dan malam itu terjadi di sebuah lautan yang tidak diketahui secara pasti lokasinya.
"Sebuah kapal yang melintasi Garis Terminator dapat melihat siang dan malam dalam waktu bersamaan," tulis akun ini.
Pengunggah menuliskan, fenomena itu merupakan garis terminator yang memisahkan sisi Bumi yang diterangi matahari dari area amalam hari.
Baca juga: Mengenal Apa Itu El Nino dan Dampaknya bagi Bumi
Lantas, apa sebenarnya garis terminator itu?
Peneliti dari Pusat Penelitian Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Emanuel Sungging Mumpuni membenarkan bahwa kondisi dalam video itu merupakan garis terminator.
Menurutnya, garis terminator ini adalah garis pembatas antara siang dan malam.
Kondisi ini sekaligus menegaskan bahwa Bumi berbentuk bulat, bukan datar.
"Garis terminator ini salah satu indikasi yang membuktikan bahwa Bumi itu bulat, karena memberi gambaran batas siang dan malam," kata Sungging kepada Kompas.com, Selasa (9/5/2023).
Baca juga: NASA Tawarkan Rp 502,3 Juta untuk Desain Toilet di Bulan
Ia menjelaskan, garis terminator ini tidak menetap di satu lokasi tertentu, tetapi mengikuti rotasi Bumi.
Namun, ia mengaku bahwa keberadaan garis terminator lebih mudah diamati di laut dibandingkan di daratan.
Sungging menuturkan, garis terminator ini bisa terjadi di seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia.
"(Bisa terjadi) di seluruh dunia," jelas dia.
Baca juga: Muncul Video Matahari Berubah Jadi Tiga, Fenomena Apa Itu?
Dikutip dari National Oceanic and Atmospheric Administration, garis terminator disebut juga dengan zona senja atau garis abu-abu.
Ini merupakan garis imajiner karena atmosfer Bumi membengkokkan sinar Matahari.
Pembengkokan sinar matahari ini mengakibatkan tanah yang tertutup sinar Matahari lebih luas daripada tanah yang tertutup kegelapan.
Baca juga: Mengenal Petrichor, Aroma yang Ditimbulkan Saat Hujan Turun
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.