Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Pengurus GP Ansor Korban Penganiayaan Sudah Tak Pakai Sedasi, Apa Fungsinya?

Kompas.com - 25/02/2023, 14:45 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Korban penganiayaan Mario Dandy Satrio (20), David (17), kian menunjukkan perkembangan positif.

Korban yang juga anak pengurus GP Ansor ini dikabarkan sudah tidak lagi menggunakan sedasi, tetapi masih belum sadarkan diri.

Anggota Bidang Cyber dan Media PP GP Ansor sekaligus rekan ayah korban, Ahmad Taufiq menuturkan, David kini tak lagi gelisah meski tanpa obat penenang.

"Semoga cepat menaikkan tingkat kesadarannya, sudah mulai merespons suara, ada respons gerak, dan tidak kejang-kejang," terang Taufiq kepada Kompas.com, Jumat (25/2/2023) malam.

Lantas, apa itu sedasi yang kini tak lagi diberikan kepada David? 

Baca juga: Anak Pengurus GP Ansor yang Dianiaya Terkena Diffuse Axonal Injury, Apa Itu?


Sedasi bisa digunakan untuk pasien cedera otak

Dikutip dari laman Pusat Jantung Nasional, sedasi adalah penggunaan obat anestesi untuk menghasilkan penurunan tingkat kesadaran.

Sedasi bertujuan untuk memberikan rasa mengantuk dan menghilangkan rasa cemas tanpa kehilangan komunikasi lisan.

Spesialis Bedah Saraf dari Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang, Jawa Tengah, Christian Beta Kurniawan menjelaskan, sedasi digunakan pada pasien cedera kepala atau cedera otak, baik sedang maupun berat, seperti diffuse axonal injury.

Namun demikian, sedasi tidak selalu diberikan kepada pasien cedera otak.

"Pada kasus tertentu digunakan untuk membuat kondisi pasien lebih tenang, tidak gelisah, serta mengurangi rasa nyeri pasien," jelas Christian, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (24/2/2023).

Pemberian sedasi digunakan untuk mengurangi kebutuhan metabolisme otak dan mengurangi tekanan intrakranial atau tekanan rongga kepala yang meningkat pada pasien cedera otak.

Sebab, pada pasien yang masih gelisah dan nyeri berat, kebutuhan metabolisme otak dan tekanan intrakranialnya akan bertambah.

Hal tersebut, lanjut Christian, membuat pasien harus disedasi agar metabolisme otak tidak terlalu berat dan tekanan intrakranial dapat turun atau membaik.

"Yang nantinya tentu saja berpengaruh pada pemulihan organ otak dan pasien secara keseluruhan," terang dia.

Baca juga: Membaik tapi Belum Sadar, Korban Penganiayaan Anak Pejabat Ditjen Pajak Terkena Diffuse Axonal Injury

Pasien koma bisa merasakan gelisah

Pada pasien cedera otak, Christian menjelaskan bahwa gelisah atau cemas dapat terjadi karena fungsi otak untuk mengatur tingkat kesadaran maupun kualitas kesadaran masih mengalami gangguan. 

Oleh karena itu, pasien terkadang masih belum bisa mengerti keadaan dan belum kooperatif. Guna mengurangi rasa gelisah ini, diberikanlah sedasi kepada pasien agar lebih tenang.

Adapun terkait pasien cedera otak yang mengalami koma, dokter spesialis bedah saraf ini menuturkan bahwa mereka bisa saja merasakan gelisah seperti yang terjadi pada David.

"Iya, terkadang bisa gelisah dan berespons walaupun minimal. Kalau koma dalam umumnya tidak merespons apa pun," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Tren
Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D saat Terpapar Sinar Matahari?

Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D saat Terpapar Sinar Matahari?

Tren
Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Tren
7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

Tren
BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

Tren
Masalah Tiga Tubuh

Masalah Tiga Tubuh

Tren
Jadwal Lengkap Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Jadwal Lengkap Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Pendaftaran Sekolah Kedinasan STAN, IPDN, dan STIS Dibuka Mei 2024

Pendaftaran Sekolah Kedinasan STAN, IPDN, dan STIS Dibuka Mei 2024

Tren
Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Caranya

Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Caranya

Tren
Ramai soal Sesar Sumatera Disebut Picu Tsunami pada 2024, BMKG: Hoaks

Ramai soal Sesar Sumatera Disebut Picu Tsunami pada 2024, BMKG: Hoaks

Tren
Warganet Keluhkan Sering Sakit Usai Vaksin AstraZeneca, Epidemiolog: Vaksin Tak Bikin Rentan Sakit

Warganet Keluhkan Sering Sakit Usai Vaksin AstraZeneca, Epidemiolog: Vaksin Tak Bikin Rentan Sakit

Tren
Aturan Batas Usia Masuk TK, SD, SMP, SMA di PPDB 2024, Simak Syaratnya

Aturan Batas Usia Masuk TK, SD, SMP, SMA di PPDB 2024, Simak Syaratnya

Tren
Membedah Kekuatan Guinea U23, Lawan Indonesia di Perebutan Tiket Terakhir ke Olimpiade Paris

Membedah Kekuatan Guinea U23, Lawan Indonesia di Perebutan Tiket Terakhir ke Olimpiade Paris

Tren
Pria 28 Tahun Ditangkap karena Merampok Rp 60 Juta Menggunakan Gunting

Pria 28 Tahun Ditangkap karena Merampok Rp 60 Juta Menggunakan Gunting

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com