Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Elektabilitas Partai Golkar Menjauh dari Tiga Besar, Apa yang Salah?

Kompas.com - 25/10/2022, 19:00 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hasil survei Litbang Kompas Oktoberi 2022 menunjukkan, elektabilitas Partai Golkar semakin menjauh dari tiga besar papan atas.

Elektabilitas partai berlambang pohon beringin itu sebesar 7,9 persen, turun dibandingkan survei yang sama pada Juni 2022.

Di sisi lain, Partai Demokrat yang berada tepat di atas Golkar justru mengalami kenaikkan elektabilitas dibandingkan sebelumnya.

Partai Demokrat meraup elektabilitas 14,0 persen atau selisih 6,1 persen dari Partai Golkar.

Baca juga: Survei Litbang Kompas: Demokrat Salip Golkar, PDI-P Tetap Teratas

Golkar tak mampu optimalkan posisi di pemerintahan

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto saat berpidato di puncak HUT ke-58 Partai Golkar, di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (21/10/2022).KOMPAS.com/Ardito Ramadhan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto saat berpidato di puncak HUT ke-58 Partai Golkar, di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (21/10/2022).

Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs Ahmad Khoirul Umam menilai, Golkar tak mampu mengoptimalkan posisinya di struktur pemerintahan untuk membangun narasi yang berpihak pada rakyat.

Selain itu, Golkar juga relatif abstain dalam isu-isu sensitif yang menyangkut kebijakan publik dan hajat hidup masyarakat bawah.

"Model pendekatan Ketum Golkar Airlangga Hartarto juga lebih terkesan elitis. Cukup jarang Airlangga menyapa rakyat dengan bahasa rakyat dan dengan gaya merakyat," kata Umam kepada Kompas.com, Selasa (25/10/2022).

Menurutnya, Golkar lebih banyak menikmati posisinya di pemerintahan dengan bekerja dan menjadi "anak manis" pemerintah.

Padahal tanpa capaian yang jelas, kerja keras Golkar di pemerintahan akan lebih banyak menguntungkan partai pemerintah, yaitu PDI-P.

Golkar tak inovatif

Karena itu, Umam melihat bahwa kepemimpinan Golkar saat ini tak memiliki langkah inovatif.

"Kondisi ini berimplikasi pada stagnasi bahkan penurunan elektabilitas secara perlahan tapi signifikan," jelas dia.

Baca juga: Litbang Kompas”: Pemilih PPP dan PAN Paling Berpotensi Bergeser ke Parpol Lain

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com