KOMPAS.com - Salah satu gangguan kesehatan mental adalah bipolar. Di Indonesia, bipolar lebih sering terdengar dibandingkan gangguan kesehatan mental lainnya.
Dilansir dari American Psychiatric Association, bipolar adalah gangguan otak yang menyebabkan perubahan suasana hati, energi, dan kemampuan seseorang.
Penderita gangguan bipolar akan mengalami keadaan emosional yang intens. Biasanya terjadi selama periode yang berbeda dari hari ke minggu atau disebut dengan episode suasana hati.
Meskipun gangguan bipolar bisa terjadi seumur hidup, penderita dapat mengelola perubahan suasana hati dan gejala lainnya dengan mengikuti rencana perawatan.
Baca juga: Mengenal Bipolar dari Faktor Genetik, Risiko hingga Pengobatannya
Gangguan bipolar adalah kategori yang mencakup tiga diagnosis berbeda, di antaranya bipolar I (mania atau episode campuran), bipolar II (hipomania dan depresi), dan gangguan siklotimik (hipomania dan depresi ringan).
Menurut Healthline, penderita gangguan bipolar akan memiliki dua episode, yaitu mania dan hipomania serta depresi.
Mania adalah kondisi di mana penderita merasa sangat tinggi dan terlalu aktif. Sementara depresi adalah kondisi di mana penderita berada di titik rendah dan lesu.
Gejala gangguan bipolar bergantung pada suasana hati yang dialami dan bisa berlangsung selama berminggu-minggu atau lebih.
Baca juga: Berkaca dari Hobi SBY, Ini Manfaat Melukis untuk Kesehatan Mental
Berikut gejala gangguan bipolar dalam dua episode tersebut:
Dalam episode mania dan hipomania, penderita bipolar mungkin melakukan:
Hipomania umumnya berkaitan dengan gangguan bipolar. Kondisi ini mirip, namun tidak separah itu.
Hipomania tidak menyebabkan masalah di tempat kerja, sekolah, atau interaksi sosial.
Penderita dengan hipomania masih memperhatikan perubahan suasana hati mereka.
Baca juga: Ramai soal Bipolar, Kenali Gejala hingga Diagnosisnya
Ketika mengalami episode depresi, penderita bipolar mungkin akan mengalami gejala sebagai berikut:
Baca juga: 3 Tanda Kucing Sedang Mengalami Masalah Mental, Apa Saja?