Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Masih Ada yang Menjarah Muatan Truk yang Terguling Kecelakaan?

Kompas.com - 17/05/2022, 19:33 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sering kita melihat atau mendengar kejadian, ada kendaraan pengangkut barang yang mengalami kecelakaan, muatannya tumpah, dan dijarah masyarakat.

Seperti yang terjadi pada sebuah mobil boks yang mengangkut kopi saset, terguling di Tegal, Jawa Tengah pada Senin (16/5/2022).

Sebagian warga yang ada di sekitar lokasi kejadian bukannya membantu, tetapi malah mengambil muatan kopi yang rusak kemasannya.

Mengapa ada yang masih terpikir melakukan hal ini di tengah musibah atau kecelakaan?

Baca juga: Mobil Boks Pengangkut Kopi Saset Kecelakaan di Tegal, Muatannya Diambil Warga

Penjelasan sosiolog

Sosiolog dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Drajat Tri Kartono menjelaskan, peristiwa ini dari kacamata sosiologi.

Ia menyebut, kecenderungan semacam itu terjadi sebagai bentuk hukuman masyarakat kelas bawah, khususnya yang tinggal di sekitar jalan raya.

"Mereka ingin melakukan punishment, bahwa truk besar itu membawa segala sesuatu cuma lewat saja dan dia enggak mendapatkan manfaat apa-apa, hanya bisa melihat, dan truk besar-besar itu juga bisa merusak jalan. Jadi begitu dia tumpah sekaligus lah itu 'social punishment'," jelas Drajat kepada Kompas.com, Selasa (17/5/2022).

Selain memberi hukuman, hal itu juga sebagai bentuk perilaku oportunis atau oportunistic behavior yang ditunjukkan oleh masyarakat kelas bawah.

Perilaku ini maksudnya adalah mengambil keuntungan atau memaksimalkan keuntungan untuk dirinya sendiri.

"Jadi karena ada peluang terjadi 'kelimpahan" barang yang ada di depan dia secara mendadak dan itu merupakan sebuah kejadian accident, yang di luar aturan, ya karena itu kecelakaan maka kemudian ini adalah kesempatan," jelas Drajat.

Baca juga: Sudah Siapkah dengan Pertanyaan Kapan Menikah dan Kapan Punya Anak? Begini Saran Psikolog

Perilaku memanfaatkan kesempatan untuk memperbesar keuntungan pribadi disebut Drajat bukan hanya kecenderungan masyarakat kelas ekonomi bawah saja, tetapi gambaran masyarakat secara umum.

"Ini merupakan cermin dari perilaku masyarakat dalam skala besar, baik itu kelas atas, kelas menengah, ataupun kelas bawah yang cenderung untuk lebih mengutamakan kesempatan yang ada untuk memaksimalkan keuntungan dirinya atau yang disebut oportunistic behavior daripada sifat empati, daripada sifat ikut merasakan penderitaan orang lain, dan menolong orang lain," papar dia.

Semua ini bisa terjadi karena adanya persaingan, ketidakpastian, dan kesenjangan ekonomi yang semakin melebar.

"Kelas atas itu oportunistic behavior itu mengambil yang besar-besar ya, sementara yang di bawah tidak mendapatkan sebesar itu, sehingga yang dibawah pun oportunistic behavior-nya pada hal-hal kecil yang terjadi di sekitarnya," kata Drajat.

"Jadi perilaku oportunistic behavior yang lebih menonjol dibandingkan pada perilaku yang berempati yang taat hukum rasional itu merupakan cermin dari masyarakat secara besar," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Lolos ke Semifinal Piala Asia U23 2024, Indonesia Hentikan Rekor Korsel Lolos ke Olimpiade

Lolos ke Semifinal Piala Asia U23 2024, Indonesia Hentikan Rekor Korsel Lolos ke Olimpiade

Tren
6 Kelompok Orang yang Tidak Dianjurkan Mengonsumsi Kafein, Siapa Saja?

6 Kelompok Orang yang Tidak Dianjurkan Mengonsumsi Kafein, Siapa Saja?

Tren
Istri Bintang Emon Positif 'Narkoba' Usai Minum Obat Flu, Kok Bisa?

Istri Bintang Emon Positif "Narkoba" Usai Minum Obat Flu, Kok Bisa?

Tren
Kata Media Korea Selatan Usai Shin Tae-yong Kalahkan Timnas Mereka

Kata Media Korea Selatan Usai Shin Tae-yong Kalahkan Timnas Mereka

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com