Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Kemahiran Mengukur Kebahagiaan

Kompas.com - 12/03/2022, 14:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KETIKA berupaya menyusun isi buku “Pedoman Menuju Tidak Bahagia” terpaksa saya mempelajari apa yang disebut sebagai kebahagiaan.

Sejak awal sebelum mulai menyusun isi buku tersebut, saya sudah nekad menarik sebuah kesimpulan bahwa apa yang disebut sebagai kebahagiaan merupakan suatu bentuk perasaan, maka secara kualitatif kontekstual nisbi melekat pada persepsi yang sedang, telah atau akan merasakan perasaan tersebut.

Kebahagiaan mirip perasaan lain-lainnya seperti kepercayaan, keyakinan, keimanan, kasih-sayang, kebencian, keraguan, keacuhan, kepedulian, kecurigaan, ketakutan dan lain sebagainya.

Segenap jenis dan bentuk perasaaan pada hakikatnya subyektif, maka mustahil obyektif disamasebangunkan satu dengan lain apalagi lain-lainnya.

Meski demikian, selalu ada yang mencoba mengukur apa yang disebut sebagai kebahagiaan.

Agar terkesan lebih keren kebahagiaan diganti dengan istilah yang tidak semua orang mengenal artinya, yaitu eudaimonisme atau agar makin terkesan ilmiah: eudaimonologi.

Bhutan

Negara yang memelopori gerakan mengukur kebahagiaan di planet bumi ini adalah Bhutan.

Sebagai negara yang penduduknya mayoritas umat Buddha, maka ukuran yang digunakan untuk mengukur kebahagiaan warga Bhutan adalah kaidah bahagia menurut Buddhisme yang berupaya menghindari kemelekatan sebagai sumber samsara.

Subyektifitas ukuran kebahagiaan berkaidah Buddhisme jelas beda dengan ukuran kebahagiaan berkaidah sekularisme, apalagi yang carnivora dan hedonis seperti saya.

Meski demikian, kepeloporan Bhutan mengukur kebahagiaan dianggap sedemikian membahagiakan sehingga ditiru negara-negara lain. Termasuk Indonesia.

Maluku Utara

Kompas.com 2 Maret 2022 memberitakan bahwa Badan Pusat Statistika (BPS) telah merilis laporan Indeks Kebahagiaan 2021.

Secara umum, Indeks Kebahagiaan di Indonesia pada 2021 mengalami peningkatan 0,8 poin menjadi 21,79 dibandingkan 70,69 pada 2017.

Maluku Utara masih menjadi provinsi paling bahagia dengan skor 76,34, disusul oleh Kalimantan Utara dan Maluku.

Sementara itu, Banten menjadi provinsi dengan skor Indeks Kebahagiaan terendah, yaitu 68,08.

Sedangkan DKI Jakarta menempati peringkat 8 terbawah dengan skor 70,58.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Tari Rangkuk Alu Jadi Google Doodle Hari Ini, Apa Alasannya?

Tari Rangkuk Alu Jadi Google Doodle Hari Ini, Apa Alasannya?

Tren
3 Artefak Langka Majapahit Ditemukan di AS, Nilainya Rp 6,5 Miliar

3 Artefak Langka Majapahit Ditemukan di AS, Nilainya Rp 6,5 Miliar

Tren
Penjelasan Kemenpora dan MNC Group soal Aturan Nobar Indonesia Vs Uzbekistan

Penjelasan Kemenpora dan MNC Group soal Aturan Nobar Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Ilmuwan Temukan Salah Satu Bintang Tertua di Alam Semesta, Terletak di Galaksi Tetangga

Ilmuwan Temukan Salah Satu Bintang Tertua di Alam Semesta, Terletak di Galaksi Tetangga

Tren
Korsel Akan Beri Insentif Rp 1 Miliar untuk Bayi yang Baru Lahir, Apa Alasannya?

Korsel Akan Beri Insentif Rp 1 Miliar untuk Bayi yang Baru Lahir, Apa Alasannya?

Tren
5 Air Rebusan untuk Atasi Jerawat, Salah Satunya Jahe dan Kunyit

5 Air Rebusan untuk Atasi Jerawat, Salah Satunya Jahe dan Kunyit

Tren
[POPULER TREN] Dampak La Nina bagi Indonesia | Beberapa Makanan Mengandung MIkroplastik

[POPULER TREN] Dampak La Nina bagi Indonesia | Beberapa Makanan Mengandung MIkroplastik

Tren
Benarkah Parkir Liar Bisa Dipidana 9 Tahun? Ini Penjelasan Ahli Hukum

Benarkah Parkir Liar Bisa Dipidana 9 Tahun? Ini Penjelasan Ahli Hukum

Tren
10 Makanan Kolesterol Tinggi yang Sebaiknya Dihindari

10 Makanan Kolesterol Tinggi yang Sebaiknya Dihindari

Tren
Vaksin Kanker Serviks Gratis Disebut Hanya untuk Perempuan Maksimal Usia 26 Tahun, Ini Kata Kemenkes

Vaksin Kanker Serviks Gratis Disebut Hanya untuk Perempuan Maksimal Usia 26 Tahun, Ini Kata Kemenkes

Tren
Abbosbek Fayzullaev, Pemain Uzbekistan yang Nilainya Rp 86,91 miliar

Abbosbek Fayzullaev, Pemain Uzbekistan yang Nilainya Rp 86,91 miliar

Tren
Ganti Oli Motor Pakai Minyak Goreng Diklaim Buat Tarikan Lebih Enteng, Ini Kata Pakar

Ganti Oli Motor Pakai Minyak Goreng Diklaim Buat Tarikan Lebih Enteng, Ini Kata Pakar

Tren
6 Suplemen yang Bisa Dikonsumsi Saat Olahraga, Apa Saja?

6 Suplemen yang Bisa Dikonsumsi Saat Olahraga, Apa Saja?

Tren
Kemenhub Pangkas Bandara Internasional dari 34 Jadi 17, Ini Daftarnya

Kemenhub Pangkas Bandara Internasional dari 34 Jadi 17, Ini Daftarnya

Tren
Apakah Status BPJS Kesehatan Nonaktif jika Terlambat Bayar Iuran?

Apakah Status BPJS Kesehatan Nonaktif jika Terlambat Bayar Iuran?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com