Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Nepotisme Virus Omicron

Kompas.com - 13/02/2022, 10:47 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TERNYATA nepotisme bukan cuma di politik, tetapi merambah ke sana ke mari. Maka ada film lanjutan “Mask” dengan judul “Son of the Mask”.

Ada pula istilah cacimaki “Son of Bitch”. Maka wajarlah bahwa setelah virus Corona bermutasi menjadi aneka jenis virus baru yang satu di antaranya disebut sebagai Omicron lalu muncul nama virus lebih baru lagi, yaitu “Son of Omicron”.

WHO

Lembaga Kesehatan PBB yang diakronimkan sebagai WHO memaklumatkan munculnya versi baru virus Omicron yang disebut sebagai BA.2 berjuluk ‘Son of Omicron’.

Konon Son of Omicron memiliki perbedaan pada beberapa mutasi termasuk pada spike protein.

Menurut WHO, galur BA.2 beda dari BA.1 di beberapa mutase sudah mulai merajalela di berbagai negara.

WHO menyebutkan, subvarian BA.2 sudah terdeteksi di 57 negara. Beberapa di antaranya adalah Filipina, Nepal, Qatar, India dan Denmark.

Beberapa ilmuwan menjuluki varian BA.2 sebagai ‘stealth Omicron’ atau ‘Omicron siluman”.

Sebab, varian ini memiliki sifat genetik yang membuatnya lebih sulit untuk diidentifikasi sebagai varian Omicron pada tes PCR.

Namun kelompok peneliti lain menyebutnya sebagai “Son of Omicron” karena secara teknis BA.2 merupakan keturunan BA.1 atau Omicron.

Para peneliti mengungkapkan subvarian BA.2 relatif lebih cepat dalam menginfeksi, termasuk orang yang divaksinasi dan mendapatkan vaksin booster dibandingkan subvarian BA.1.

Sebab, varian ini memiliki sifat dapat menghindari imunitas yang dibentuk vaksin. Namun, tidak ada perbedaan tingkat keparahannya dibanding BA.1.

Kementerian Kesehatan Indonesia menginformasikan bahwa subvarian Omicron BA.2 telah teridentifikasi di Indonesia.

Rakyat jelata

Sebagai rakyat jelata yang awam segala-galanya termasuk soal virus, saya tidak bisa berbuat banyak kecuali percaya saja kepada WHO serta berusaha mematuhi kebijakan pemerintah Indonesia dalam hal penanggulangan pagebluk, entah Corona atau Delta atau Omicron atau Son of Omicron atau apa pun.

Maka saya patuh untuk divaksin dan juga patuh untuk mengenakan masker, menjaga jarak, menghindari keramaian dan lebih banyak tinggal di dalam rumah ketimbang berkeliaran di luar rumah.

Saya wajib bersyukur bahwa sampai pada saat saya menulis naskah ini, meski saya komorbid dan lansia, namun belum terpapar virus Corona beserta segenap varian mutasinya.

Namun saya tetap ojo dumeh, maka tetap tidak terkebur akibat sadar sesadar-sadarnya sadar setiap saat apabila Tuhan menghendaki dapat dipastikan saya akan terpapar virus Corona atau Delta atau Omicron atau Son of Omicron.

Apalagi sama sekali bukan mustahil bahwa secara nepotisme bakal bermunculan sanak-keluarga Omicron mau pun Son of Omicron bernama Daughter-in-Law of Omicron yang menikah dengan Son of Omicron demi melahirkan Grandchild of Omicron.

Umat manusia tetap harus eling lan waspada bahwa para virus senantiasa siap-siaga untuk merajalela sebagai gelombang pagebluk babak selanjutnya.

Telah terbukti pagebluk flu Spanyol skala global pada tahun 1920 seratus tahun kemudian disusul pagebluk Corona dan sanak-keluarganya yang berawal di China pada tahun 2020.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com