KOMPAS.com - Hari ini 75 tahun lalu, tepatnya 12 Februari 1947, meteorit besi Sikhote-Alin jatuh di Pegunungan Sikhote-Alin di Siberia.
Meteorit adalah sisa meteoroid atau asteroid yang bertahan melewati atmosfer bumi dan mendarat di permukaan bumi.
Dilansir Live Science, 16 Juni 2011, berat meteorit Sikhote-Alin sekitar 200.000 pon atau 90.000 kg. Dinamai demikian karena meteorit itu jatuh di Pegunungan Sikhote-Alin.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: WHO Resmi Menamai Penyakit Covid-19
Meteorit Sikhote-Alin memasuki atmosfer dengan kecepatan yang mencengangkan, yaitu 8,7 mil per detik (14 km/s), atau lebih dari 31.000 mph.
Hebatnya, meteorit itu tampak lebih terang daripada matahari saat melesat ke bawah dan terlihat dari jarak hingga 190 mil (300 km).
Jejak asap sisa dapat terlihat selama beberapa jam setelah tumbukan, dan selama bertahun-tahun, serpihan besi ditemukan terdorong ke pepohonan.
Dikutip dari Sun.org, meteorit itu jatuh pada pukul 10.38 waktu setempat. Sikhote-Alin adalah salah satu meteorit terbesar yang pernah jatuh.
Berat pra-atmosfernya sekitar 100 ton dan sekitar 70 ton berhasil mendarat di tanah. Sisanya menguap di atmosfer selama jatuh.
Setelah masuk ke atmosfer, meteorit itu pecah.
Akhirnya, pada ketinggian sekitar 5,6 km, potongan terbesar dari fragmen ini meledak dalam peristiwa yang disebut ledakan udara, menciptakan lapangan besar yang berserakan.
Lebih dari 100 kawah tumbukan ditemukan. Adapun yang terbesar berdiameter 26 m dan memiliki kedalaman 6 m.
Meteorit Sikhote-Alin yang jatuh ke bumi terdiri atas:
Ini terbentuk ketika meteorit pertama kali pecah tinggi di atas tanah, tak lama setelah masuk ke atmosfer.
Pada kecepatan yang masih sangat tinggi beberapa kilometer per detik, permukaan pecahan-pecahan ini menjadi sangat panas.
Permukaan meleleh dan karena lintasan atmosfer berkecepatan tinggi, fitur ablasi dibuat dalam bentuk banyak regmaglypts kecil. Spesimen ini juga disebut "individu".