Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Sebut Varian Omicron Bisa Jadi Dominan, Gantikan Varian Delta

Kompas.com - 04/12/2021, 16:57 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Soumya Swaminathan mengatakan, varian Omicron bisa menjadi dominan karena sangat mudah menular.

"Ada kemungkinan bahwa itu bisa menjadi varian dominan," ujar Swaminathan pada konferensi pers, Jumat (3/12/2021).

Saat ini, varian Delta sudah menginfeksi setidaknya 99 persen secara global dan masih menjadi varian dominan.

Dikutip dari Reuters, Sabtu (4/12/2021), ia mengatakan, Omicron sangat menular jika menilik data dari Afrika Selatan, yang menunjukkan jumlah kasus berlipat ganda setiap harinya.

"Seberapa khawatir kita seharusnya? Kita harus siap dan berhati-hati, tidak panik, karena kita berada dalam situasi yang berbeda dengan tahun lalu," lanjut dia.

Baca juga: [HOAKS] Tes PCR Tidak Bisa Mendeteksi Varian Omicron

Vaksin disebut masih berefek pada Omicron

Menilik banyaknya kasus infeksi sejauh ini dan gejala yang tidak begitu parah atau tanpa gejala sama sekali, WHO tidak dapat menyimpulkan bahwa varian Omicron merupakan varian ringan.

Sebab, belum ada bukti konklusif tentang dampak Omicron pada efektivitas antibodi.

"Tampaknya Omicron mampu mengatasi beberapa kekebalan alami dari infeksi sebelumnya," ujar Swaminathan.

Menurut dia, vaksin diduga masih berefek pada infeksi akibat Omicron.

Hal itu diungkapkannya karena mereka yang terinfeksi varian Omicron tidak mengalami gejala parah.

Artinya, vaksin masih memberikan perlindungan.

"Kami berharap vaksin akan terus memberikan perlindungan," kata dia.

Apakah vaksin bisa melindungi dari semua varian virus corona?

Untuk memberikan keamanan dan perlindungan dari infeksi Omicron dan agar kasus tidak semakin merebak, Swaminathan menyarankan untuk meningkatan tingkat vaksinasi yang ada.

Ia menganggap bahwa vaksin ketiga atau vaksin booster dinilai cukup untuk melawan Omicron.

"Ada kemungkinan bahwa vaksin akan bekerja. Mungkin pada awalnya Anda memerlukan dosis ekstra untuk meningkatkan respons kekebalan," ujar Swaminathan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com