Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca dari Peristiwa French Open 2021, Benarkah Vaksin Sinovac Belum Diakui Eropa?

Kompas.com - 19/09/2021, 12:05 WIB
Nur Rohmi Aida,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Tujuh wakil Indonesia batal bertanding di turnamen bulu tangkis French Open 2021.

Adapun permasalahan yang menyebabkan para atlet Indonesia gagal bertanding salah satunya adalah karena persoalan vaksinasi Covid-19.

Untuk mengikuti pertandingan, para pemain disyaratkan mendapatkan vaksin yang diakui oleh Badan Pengawas Obat Eropa (EMA).

Adapun vaksin yang diterima para pemain pada awal tahun ini adalah vaksin Sinovac yang saat ini belum mendapatkan pengakuan dari EMA meskipun vaksin telah diakui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Alasan lain yang menyebabkan para pemain tak bisa bertanding adalah karena terkait masa karantina.

Baca juga: 500.000 Dosis Vaksin Johnson & Johnson Tiba di Indonesia, Ditujukan untuk Siapa?

Vaksin Sinovac belum diakui badan pengawas obat Eropa (EMA)

Epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan vaksin Sinovac memang belum masuk dalam daftar yang dimiliki EMA.

"Memang enggak masuk Sinovac ini (dalam daftar EMA),” ujar Dicky kepada Kompas.com, Sabtu (18/9/2021).

Perlu diketahui, sebagaimana yang tertera dalam laman resminya, vaksin yang telah diakui oleh EMA yakni:

  1. Comirnaty (Pfizer dan BioNTech)
  2. Spikevax (Vaksin Moderna)
  3. Vaxzevria (Vaksin AstraZeneca)
  4. Jannsen (Johnson & Johnson)

Baca juga: Indonesia Bakal Terima 50 Juta Dosis Vaksin Pfizer, Ditujukan untuk Siapa?

Sebanyak 5 juta dosis vaksin Covid-19 jenis CoronaVac produksi Sinovac tiba di Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta pada Senin (23/8/2021).Dok. Tangkapan Layar YouTube Sekretariat Presiden Sebanyak 5 juta dosis vaksin Covid-19 jenis CoronaVac produksi Sinovac tiba di Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta pada Senin (23/8/2021).

Menurut Dicky, ketiadaan vaksin Sinovac dalam daftar vaksin yang disetujui EMA sebetulnya tergantung dari seberapa upaya Sinovac untuk mengajukan produk vaksinnya ke EMA.

“Jadi memang harus ada upaya dari Sinovac sendiri untuk mendaftarkan diri ke EMA terkait vaksinnya. Kan sebenarnya ini (Sinovac) sudah ada dari WHO. Ini tinggal diperkuat, karena ini enggak bisa negara kan, harus si vaksinnya sendiri melakukan proses ini (pendaftaran ke EMA),” katanya lagi.

Dicky menambahkan, vaksin Sinovac, meskipun belum terdaftar di EMA untuk saat ini, namun ia menekankan hal ini bukan berarti vaksin Sinovac tidak bagus.

“Bukan berarti Sinovac enggak baik. Karena itu kan prosedur. Kalau Sinovac enggak mengajukan, ya enggak bisa masuk ke situ (daftar vaksin yang disetujui EMA),” kata Dicky.

Baca juga: Alasan Vaksin Johnson & Johnson Hanya Perlu Satu Kali Suntikan

Vaksin sebagai proteksi jangka pendek dan panjang

Lebih lanjut dirinya mengingatkan agar masyarakat tidak menjadikan alasan untuk kemudian tidak bersedia divaksin Sinovac karena adanya hal ini.

Menurutnya, vaksin apa pun memiliki manfaat untuk mencegah keparahan hingga kematian.

“Jadi ini kan bicara proteksi jangka pendek dan jangka panjang,” imbuhnya.

Baca juga: Penjelasan Mengapa Vaksin Johnson & Johnson Hanya Perlu Satu Kali Suntikan

Dicky mengingatkan kepada pemerintah, agar ke depan lebih memperhatikan lagi terkait siapa yang akan divaksin.

"Jika ia merupakan atlet maupun pejabat negara yang menjadi delegasi, maka sudah seharusnya dicari tahu mengenai vaksin apa yang nantinya memang dibutuhkan di negara tujuan pendelegasiannya," kata dia.

Hal ini karena setiap kawasan menurutnya memiliki kewenangan masing-masing untuk menentukan vaksin apa yang digunakan untuk bisa masuk ke negara itu.

Baca juga: Daftar Bantuan dari Pemerintah Selama PPKM dan Cara Mengeceknya

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mengenal Vaksin Sinovac

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pakai Jasa Pendorong Ilegal, 5 Anggota Jemaah Haji Indonesia Berurusan dengan Polisi Arab Saudi

Pakai Jasa Pendorong Ilegal, 5 Anggota Jemaah Haji Indonesia Berurusan dengan Polisi Arab Saudi

Tren
Cerita Warga yang Alami 'Blackout' di Sumatera: Tak Bisa Masak Nasi, Borong Genset agar Es Krim Tak Mencair

Cerita Warga yang Alami "Blackout" di Sumatera: Tak Bisa Masak Nasi, Borong Genset agar Es Krim Tak Mencair

Tren
Terobosan Baru, Alat Kontrasepsi Gel KB untuk Pria, Seberapa Efektif?

Terobosan Baru, Alat Kontrasepsi Gel KB untuk Pria, Seberapa Efektif?

Tren
China Angkut Bebatuan dari Sisi Terjauh Bulan, Apa Tujuannya?

China Angkut Bebatuan dari Sisi Terjauh Bulan, Apa Tujuannya?

Tren
Pelanggan PLN yang Terdampak Pemadaman Listrik Total Berhak Dapat Kompensasi, Berapa Besarannya?

Pelanggan PLN yang Terdampak Pemadaman Listrik Total Berhak Dapat Kompensasi, Berapa Besarannya?

Tren
Perbedaan Seragam Astronot Putih dan Oranye, Berikut Masing-masing Fungsinya

Perbedaan Seragam Astronot Putih dan Oranye, Berikut Masing-masing Fungsinya

Tren
5 Negara dengan Cuti Melahirkan Paling Lama, Ada yang sampai 14 Bulan

5 Negara dengan Cuti Melahirkan Paling Lama, Ada yang sampai 14 Bulan

Tren
WHO: Warga Gaza Mulai Makan Pakan Ternak dan Minum Air Limbah

WHO: Warga Gaza Mulai Makan Pakan Ternak dan Minum Air Limbah

Tren
Ini Syarat Pekerja Dapat Cuti Melahirkan 6 Bulan Sesuai dengan UU KIA

Ini Syarat Pekerja Dapat Cuti Melahirkan 6 Bulan Sesuai dengan UU KIA

Tren
Aturan UU KIA: Cuti Melahirkan Sampai 6 Bulan Berlaku Kapan, untuk Siapa, dan Gajinya

Aturan UU KIA: Cuti Melahirkan Sampai 6 Bulan Berlaku Kapan, untuk Siapa, dan Gajinya

Tren
Studi 25 Tahun Ungkap Pola Makan Mencegah Kematian Dini pada Wanita

Studi 25 Tahun Ungkap Pola Makan Mencegah Kematian Dini pada Wanita

Tren
Pengamat Khawatirkan Cuti Melahirkan 6 Bulan Bisa Picu Diskriminasi Wanita di Ruang Kerja

Pengamat Khawatirkan Cuti Melahirkan 6 Bulan Bisa Picu Diskriminasi Wanita di Ruang Kerja

Tren
Mengenal Vitamin P atau Flavonoid dan Manfaatnya bagi Kesehatan, Apa Saja?

Mengenal Vitamin P atau Flavonoid dan Manfaatnya bagi Kesehatan, Apa Saja?

Tren
Cerita Mahasiswa Indonesia Penerjemah Khotbah Jumat di Masjid Nabawi

Cerita Mahasiswa Indonesia Penerjemah Khotbah Jumat di Masjid Nabawi

Tren
Kenapa Kita Sering Merasa Diawasi? Ini 4 Alasan Psikologisnya

Kenapa Kita Sering Merasa Diawasi? Ini 4 Alasan Psikologisnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com