Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pernah Positif Covid-19, Apakah Hasil Rapid Test Akan Selalu Reaktif?

Kompas.com - 06/12/2020, 11:20 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rapid test atau tes cepat menjadi salah satu syarat yang ditetapkan ketika ingin beraktivitas atau melakukan perjalanan pada masa pandemi virus corona seperti saat ini.

Hasil rapid test reaktif atau tidak akan menentukan kelanjutan aktivitas atau perjalanan seseorang.

Meskipun, sejumlah ahli tak menyarankan tes cepat untuk mengidentifikasi apakah seseorang aman dari Covid-19 atau tidak. 

Rapid test mendeteksi kandungan Imunoglobulin M (IgM) sebagai penanda terjadinya infeksi dan Imunolgobulin G (IgG) penanda terjadinya proses penyembuhan atas suatu infeksi pada tubuh seseorang.

Epidemolog dari Universitas Airlangga, Windhu Purnomo, mengatakan, kedua antibodi ini muncul pada orang yang terpapar Covid-19.

IgM akan muncul terlebih dulu pada hari ke-7 hingga 10 seseorang terpapar virus. Antibodi akan menguat kemudian melemah dan hilang.

"Ketika dia (IgM) ada di puncak, akan muncul IgG. IgG ini mencapai puncak saat virus itu di hari ke 10-14. Kalau IgG naik tinggi, itu artinya dia dalam fase penyembuhan, virusnya sendiri sudah turun di hari 10-14 hingga akhirnya hilang," jelas Windhu saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (5/12/2020).

Bagaimana dengan mereka yang pernah terpapar Covid-19 dan telah dinyatakan sembuh? Apakah hasil reaktif akan muncul saat menjalani rapid test? 

Dalam sebuah twit, akun @sibuded berbagi cerita kekhawatirannya ketika menjalani rapid test  karena beberapa bulan lalu ia pernah terinfeksi virus corona.

Di dalam tubuhnya masih terdeteksi IgG, ia pun dinyatakan reaktif melalui tes cepat.

Baca juga: [KLARIFIKASI] Informasi Sidak di Jepara, Tak Pakai Masker Langsung Rapid atau Swab Test

Benarkah selalu reaktif?

Mengenai hal ini, Windhu menyebutkan, semua itu tergantung pada keberadaan IgM dan IgG di dalam tubuh orang yang sudah sembuh dari Covid-19.

Jika IgM, IgG, atau salah satu dari antibodi itu masih terdeteksi di dalam darah seseorang, maka jika orang tersebut melakukan tes cepat akan selalu menunjukkan hasil reaktif.

"Bagi (mantan pengidap Covid-19) penggunaan rapid test, akan merugikan orang itu, karena dia pasti reaktif. Datang (tes cepat) lagi, masih reaktif lagi," sebut Windhu.

Padahal, hasil reaktif itu tidak mencerminkan kondisi sesungguhnya yang sudah dinyatakan negatif virus corona.

Oleh karena itu, Windhu menyarankan untuk melakukan tes PCR, karena dengan metode ini hasil yang keluar akurat dan tidak merugikan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com