Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Emosi dan Pikiran Negatif Bisa Pengaruhi Organ Tubuh, Ini Penjelasan Medisnya

Kompas.com - 23/11/2020, 07:02 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Situasi pandemi virus corona seakan membalikkan keadaan setiap orang.

Penyebaran virus corona yang masih terus terjadi menimbulkan ketakutan, kekhawatiran, marah, kesedihan, bahkan mungkin memicu stress karena situasi yang tidak terbayangkan.

Perasaan-perasaan dan emosi negatif itu jika dirasakan secara berlebihan, dapat berdampak pada psikologis dan fisik.

Ada yang menyebut, perasaan dan pikiran negatif bisa memengaruhi organ-organ tubuh.

Benarkah demikian?

Ahli kesehatan jiwa, dr Dharmawan SpKJ membenarkan bahwa seseorang yang menyimpan emosi atau amarah sehingga menyebabkan stress atau berpikiran negatif akan berpengaruh pada kesehatan organ dalam tubuh.

"Ya, karena akan meningkatkan hormon stress kortisol dan mengaktifkan sistem saraf otonom yang akan merangsang adrenalin dan non-adrenalin sehingga tekanan darah akan naik dan agregasi trombosit naik, aterosklerosis juga naik," ujar Dharmawan saat dihubungi Kompas.com, Jumat (13/11/2020).

Kortisol adalah salah satu hormon steroid dan dibuat pada kelenjar adrenal. Sebagian besar sel di dalam tubuh memiliki reseptor kortisol.

Oleh karena itu, hormon ini banyak memengaruhi fungsi tubuh kita.

Menurut Dharmawan, hormon stress kortisol ini memicu penyakit-penyakit psikosomatik, seperti asma, neurodermatitis, serangan jantung, stroke, dan autoimun mudah terkena infeksi.

"Kortisol juga dapat menurunkan imunitas dan meningkatkan gula darah (diabetes tidak terkendali)," lanjut dia.

Baca juga: Menghilangkan Stress Bisa Jadi Obat Paling Baik untuk Pasien Covid-19

Psikosomatik

Melansir Britannica, gangguan psikosomatik atau dikenal sebagai gangguan psikofisiologis merupakan kondisi di mana tekanan psikologis yang berdampak buruk pada fungsi fisiologis (somatik) sampai pada titik stress.

Hal ini akan berdampak pada kondisi disfungsi atau kerusakan struktural pada organ tubuh melalui aktivasi yang tidak tepat dari sistem saraf tak sadar dan kelenjar sekresi internal.

Dengan demikian, gejala psikosomatis muncul sebagai penyerta fisiologis dari keadaan emosional.

Misalnya, saat seseorang dalam keadaan marah, tekanan darah orang tersebut cenderung meningkat dan denyut nadi serta frekuensi pernapasannya juga meningkat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com