Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Muhammadiyah Didirikan di Yogyakarta, Bagaimana Awal Mulanya?

Kompas.com - 18/11/2020, 10:05 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini 108 tahun yang lalu, atau tepatnya 18 November 1912, organisasi Muhammadiyah didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan yang memiliki nama asli Muhammad Darwis.

Dilansir laman resmi Muhammadiyah, awal mula pendirian Muhammadiyah adalah karena KH Ahmad Dahlan melihat kondisi umat Islam saat itu yang dalam keadaan jumud (berpegang pada pemikiran lama dan tidak menerima perubahan) dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik.

Oleh karena itu, Ahmad Dahlan ingin mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Al Quran dan Hadis.

Baca juga: Apa Itu RUU HIP yang Dipersoalkan NU dan Muhammadiyah?

Perjalanannya belajar agama Islam mengantarkannya hingga ke Arab Saudi pada 1890.

Tak hanya pergi haji, di sana dia juga belajar kepada ilmu hadis kepada Kyai Mahfudh Termas dan Syekh Khayat; belajar ilmu qiraah kepada Syekh Amien dan Sayid Bakri Syatha; belajar ilmu falaq pada KH Dahlan Semarang; juga pernah belajar pada Syekh Hasan tentang mengatasi racun binatang; dan masih banyak lagi.

Sebelum menunaikan ibadah haji, Ahmad Dahlan lebih banyak mempelajari kitab-kitab, dari Ahlussunnah waljamaah dalam ilmu aqaid, dari madzab Syafii dalam ilmu Fiqh dari Imam Ghozali dan ilmu tasawuf.

Baca juga: Syarat dan Ketentuan Umrah di Masa Pandemi

Setelah bermukim di Mekah kurang lebih 8 bulan, cakrawala Muhammad Darwis terbuka. Setelah itu pula namanya berganti menjadi Ahmad Dahlan.

Pengalaman Ahmad Dahlan mengajar agama Islam ke masyarakat dimulai setelah ia pulang dari menunaikan ibadah haji pertama.

Ahmad Dahlan mulai dengan membantu ayahnya mengajar para murid yang masih kanak-kanak dan remaja.

Dia merupakan pegawai kesultanan Keraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang.

Baca juga: Ramai Pesepeda di Perempatan Tugu Yogyakarta, Bagaimana Penjelasannya?

Arah kiblat

Sebagai Khatib Amin, Ahmad Dahlan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan agama Islam yang dimiliki, pengalaman berinteraksi dengan berbagai kelompok dalam dunia Islam, serta pengalamannya memberi pelajaran agama Islam selama ini sehingga sering muncul ide dan aktivitas baru.

Berbeda dengan para khatib lain yang cenderung menghabiskan waktu begitu saja ketika sedang bertugas piket di serambi masjid besar Kauman, Ahmad Dahlan secara rutin memberikan pelajaran agama Islam kepada orang-orang yang datang ke masjid besar ketika ia sedang melakukan piket.

Salah satu sumbangsihnya yang menuai kontroversi adalah saat dia melihat arah kiblat masjid Gede Kauman Yogyakarta tidak tepat. Padahal itu merupakan hal krusial bagi umat Islam.

Baca juga: Viral Tugu di Tol Madiun Disebut Mirip Palu Arit, Jasa Marga: Itu Logo Perusahaan

Saat dia mencoba menyampaikan bahwa arah kiblat tersebut salah dan mengatakan perhitungannya yang benar, ide itu tidak langsung diterima.

KH Ahmad Dahlan sampai membuat surat atau mushala sendiri yang menggunakan arah kiblat sesuai. Tapi surau itu pun dirusak massa setelah mendapat perintah dari Kanjeng Penghulu. Lalu surau tersebut dibangun lagi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com