Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
KOMPAS.com - Beredar narasi di media sosial bahwa memakai masker dapat menyebabkan penggunanya kekurangan oksigen dan keracunan karbon dioksida, utamanya pada perkembangan otak anak.
Badan kesehatan dunia WHO, ahli paru, dan penelitian ilmiah menegaskan bahwa narasi itu tidak benar.
Mengenakan masker tidak menyebabkan penggunanya keracunan karbon dioksida (CO2) atau kekurangan oksigen (O2). WHO juga sudah membuat panduan penggunaan masker pada anak-anak.
Akun Facebook Martina Tina pada Sabtu (17/10/2020) mengunggah tangkapan layar berisi pernyataan dari ahli saraf Margareta Griesz-Brisson.
Griesz-Brisson memperingatkan bahwa masker menyebabkan deprivasi oksigen dan kerusakan neurologis permanen, terutama dalam perkembangan otak anak-anak.
Narasi tersebut ramai beredar dalam bahasa Inggris di sejumlah akun Facebook, salah satunya akun Margineanu Elena dan Krystal Tini.
Akun Facebook Krystal Tini pada 5 Oktober 2020 mengunggah video Margareta Griesz-Brisson.
Dalam video berdurasi 2 menit 22 detik itu, Griesz-Brisson menekankan bahwa penggunaan masker dapat membuat seseorang kekurangan oksigen sehingga merusak otak.
Menggunakan masker, menurutnya, sangat berbahaya bagi remaja dan anak-anak.
Badan kesehatan dunia WHO menegaskan, penggunaan masker medis tidak menyebabkan keracunan karbon dioksida atau kekurangan oksigen.
WHO menyarankan saat mengenakan masker medis, pastikan ukurannya pas dan cukup kencang agar dapat bernapas secara normal.
Jangan menggunakan kembali masker sekali pakai dan selalu menggantinya sesegera mungkin setelah lembap.
Sementara, ahli paru David G. Hill, M.D. dalam situs web American Lung Association mengatakan masker tidak menyebabkan kadar oksigen rendah.
Menurutnya, masker dirancang untuk bernapas dan tidak ada bukti bahwa masker mengakibatkan kadar oksigen rendah.
Namun, Hill mengatakan ada sejumlah bukti bahwa penggunaan masker N-95 yang berkepanjangan pada pasien dengan penyakit paru-paru yang sudah ada sebelumnya dapat menyebabkan peningkatkan kadar karbon dioksida dalam tubuh.