Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada! Lemak Perut Bisa Memicu Risiko Kematian Dini

Kompas.com - 27/09/2020, 10:45 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa kelebihan lemak perut dikaitkan dengan risiko kematian dini yang lebih tinggi dari penyebab apa pun.

Pada perempuan, setiap peningkatan 10 cm lemak perut meningkatkan risiko kematian sebesar 8 persen, dan 12 persen untuk pria.

Penelitian yang diterbitkan oleh The BMJ, Rabu (23/9/2020) itu juga menyebutkan, pinggul dan paha yang lebih besar dikaitkan dengan risiko kematian dini lebih rendah.

Dikutip dari CNN, Kamis (24/9/2020), temuan itu merupakan hasil analisis dari 72 studi yang melibatkan lebih dari 2,7 juta partisipan dan diperlajari dari tiga hingga 24 tahun.

Baca juga: Awas, Lemak Perut Tingkatkan Risiko Kematian

Semua penelitian mengeksplorasi berbagai ukuran berat badan di sekitar bagian tengah tubuh yang telah lama dianggap sebagai faktor risiko signifikan untuk resistensi metabolik.

Untuk diketahui, resensi metabolik merupakan awal dari timbulnya penyakit diabetes, jantung, dan lainnya.

"Hasil kami menunjukkan bahwa ukuran adipositas sentral (lemak) dapat digunakan sebagai pendekatan tambahan, dalam kombinasi dengan indeks massa tubuh untuk menentukan risiko kematian dini," kata para penulis.

Peran lemak perut

Sebagian besar pengukuran berat badan berfokus pada indeks massa tubuh (IBM) yang mengukur berat dalam kilogram dan membaginya dengan tinggi badan dalam meter.

Jika BMI kurang dari 18,5, maka akan dimasukkan ke dalam kategori kurus. Berat badan dianggap normal jika BMI berada pada kisaran antara 18,5 dan 24,9.

Tubuh akan dianggap kelebihan berat badan jika BMI di antara 25 dan 29,9.

Sementara apabila lebih dari 30 BMI menunjukkan bahwa Anda mengalami obesitas.

Tetapi para kritikus menunjukkan bahwa BMI tidak membedakan antara massa tubuh tanpa lemak dan massa lemak.

Baca juga: Mengapa Covid-19 Lebih Mematikan pada Orang dengan Obesitas?

Selain itu, BMI juga tidak memberikan indikasi di mana lemak berada.

Hal tersebut tentu akan menjadi masalah karena bukti yang ada menunjukkan lebih banyak lemak di sekitar bagian tengah tubuh dikaitkan dengan penyakit kronis daripada obesitas secara keseluruhan.

Terlalu banyak lemak perut menunjukkan penumpukan jenis lemak visceral di sekitar berbagai organ internal, seperti hati, pankreas, dan usus.

Ilustrasi mengukur lingkar pinggangshutterstock Ilustrasi mengukur lingkar pinggang

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com