Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Ledakan Beirut Memicu Eksodus Baru dari Lebanon...

Kompas.com - 20/08/2020, 19:35 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Shady Rizk (36), seorang insinyur telekomunikasi termasuk di antara banyak orang Lebanon yang sudah muak dengan krisis ekonomi berkepanjangan.

Dengan 350 jahitan di tubuhnya, dia melihat kelangsungan hidupnya sebagai keajaiban. Saat ledakan, Rizk berada di kantornya yang letaknya dekat dengan pelabuhan.

Dia bertekad untuk tidak menghabiskannya di Lebanon pada kesempatan kedua hidupnya.

Ledakan pada 4 Agustus 2020 itu disebabkan oleh bahan berbahaya yang dibiarkan tanpa jaminan di pelabuhan selama bertahun-tahun, meski beberapa kali diperingatkan.

Fakta itu semakin membuat marah warga Lebanon yang telah melihat kelas politik korup dan tak mampu mengatasi krisis negara.

Ledakan tersebut merupakan puncak kemarahan yang membulatkan tekad banyak warga untuk pergi dari Lebanon.

"Saya sudah tidak merasa aman lagi di sini. Tuhan memberi saya kehidupan lain, kesempatan kedua, saya tidak ingin hidup di sini," kata Rizk, dilansir dari AFP, 17 Agustus 2020.

Baca juga: Kisah Mereka yang Kehilangan Mata akibat Ledakan di Beirut, Lebanon...

Kurang dari dua minggu setelah ledakan, Rizk berencana untuk hijrah ke Kanada dan berharap bisa memulai hidup baru dengan bantuan kerabatnya di sana.

Kisah eksodus dari Lebanon sebenarnya bukan hal baru.

Di negara yang dilanda kelaparan, krisis ekonomi, dan perang saudara selama 15 tahun, setidaknya ada satu kerabat dalam suatu keluarga yang telah pergi ke Teluk, Eropa, atau Amerika Serikat.

Dalam beberapa bulan terakhir, ribuan warga Lebanon tercatat membeli tiket sekali jalan ke luar negeri demi mencari pekerjaan serta menghindari PHK massal dan pemotongan gaji.

Kanada masih menjadi tujuan favorit bagi warga Lebanon untuk melanjutkan sisa hidupnya.

A photo rests among broken glass on the floor of the Sursock Palace, heavily damaged after the explosion in the seaport of Beirut, Lebanon, Friday, Aug. 7, 2020. The Sursock palace, built in 1860 in the heart of historical Beirut on top of a hill overlooking the now-obliterated port, is home to beautiful works of arts, Ottoman-era furniture, marble and paintings from Italy ? the result of more than three long-lasting generations of the Sursock family. (AP Photo/Felipe Dana)Felipe Dana A photo rests among broken glass on the floor of the Sursock Palace, heavily damaged after the explosion in the seaport of Beirut, Lebanon, Friday, Aug. 7, 2020. The Sursock palace, built in 1860 in the heart of historical Beirut on top of a hill overlooking the now-obliterated port, is home to beautiful works of arts, Ottoman-era furniture, marble and paintings from Italy ? the result of more than three long-lasting generations of the Sursock family. (AP Photo/Felipe Dana)

Sementara itu, Walid (40), yang berprofesi sebagai seorang dokter langsung menelepon mantan istrinya di Paris beberapa menit setelah ledakan.

Dia meminta mantan istrinya untuk membawa kedua anak mereka.

"Dia mencoba menenangkan saya. Saya meminta untuk membawanya. Sebagai seorang ayah, saya harus menempatkan mereka dalam situasi di mana mereka tidak akan trauma, atau mempertaruhkan nyawa mereka," kata Walid.

Baca juga: Lebanon Catatkan Peningkatan Tajam Kasus Corona sejak Ledakan Beirut

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com