Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Marwan Jafar
Koordinator The Independent Community for Peace and Hummanity

Koordinator The Independent Community for Peace and Hummanity

 

Covid-19 Mengubah Peradaban, Mempercepat Deglobalisasi

Kompas.com - 08/08/2020, 10:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


DALAM satu dekade terakhir, umat manusia berhadapan dengan setidaknya enam pandemi. Pandemi H1N1 (flu babi) pada 2009, polio (2014), Ebola (2014), Zika (2016), Ebola (2019). Terakhir, Covid-19 yang bermula di Wuhan, Cina, telah dinyatakan sebagai pandemi global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada 30 Januari 2020.

Setiap pandemi selalu memicu sejumlah besar kematian dan mengakibatkan kerugian hingga miliaran dolar (Fan et al., 2019). Namun, dibandingkan dengan pandemi lain, Covid-19 telah menimbulkan dampak yang luar biasa bagi peradaban manusia.

Data WHO menunjukkan per 3 Agustus 2020, Covid-19 telah menyebar di lebih dari 200 negara, menjangkiti 17.918.582 orang. Dari jumlah itu, 686,703 orang meninggal. WHO juga memperkirakan angka-angka ini akan bertambah dengan cepat hingga batas waktu yang tak dapat dipastikan.

Pandemi Covid-19 belum dapat dikendalikan karena vaksin penawarnya masih dalam tahap uji coba. Sementara di saat yang sama, semua negara di dunia memiliki agenda untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan keagamaan, sosial-budaya, akademi, bisnis, olahraga, dan politik (pemilihan umum), yang tak mudah untuk dibatalkan.

Berbagai kegiatan itu memperbesar risiko penyebaran Covid-19, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional.

Mengubah peradaban

Selain berdampak mematikan kehidupan manusia, Covid-19 memiliki potensi mengubah peradaban, baik secara negatif dan positif sekaligus.

Secara negatif, Covid-19 memaksa umat manusia untuk merenggangkan relasi dan interaksi sosial. Umat manusia terpaksa menghindari kerumunan.

Aktivitas beribadah, bekerja serta belajar dari rumah. Covid-19 juga mengganggu supply-chain, menghambat produksi sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di China, Amerika Serikat (AS), India atau Indonesia, tetapi juga dunia secara keseluruhan.

Selain itu, Covid-19 membuat berbagai layanan keagamaan, pendidikan, dan pemerintahan terganggu. Dalam sejumlah kasus, layanan publik yang terganggu membuat publik kecewa sehingga menimbulkan protes dan kekacauan.

Dalam perspektif sosiologis, hal seperti itu dapat mengancam peradaban jika pemerintah kehilangan kendali atas warga yang melakukan kekerasan.

Mengutip Tainter (1988:4), John Danafer (2019), suatu peradaban dapat dikatakan runtuh apabila mengalami kemunduran/kerugian ekonomi, sosial-budaya dan politik secara cepat dan substansial dari kondisi sebelumnya yang stabil/mapan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Lolos ke Semifinal Piala Asia U23 2024, Indonesia Hentikan Rekor Korsel Lolos ke Olimpiade

Lolos ke Semifinal Piala Asia U23 2024, Indonesia Hentikan Rekor Korsel Lolos ke Olimpiade

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com