Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sastrawan Sapardi Djoko Damono Tutup Usia, Berikut Sejumlah Karyanya yang Terkenal

Kompas.com - 19/07/2020, 11:55 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Sastrawan Indonesia Sapardi Djoko Damono meninggal hari ini Minggu (19/7/2020). Sapardi menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan pukul 09.17 WIB. 

Berpulangnya sosok sastrawan yang banyak dikenal publik itu, mengundang duka mendalam bagi para penikmat karya-karya sastranya. 

Ungkapan duka mengalir dari warganet untuk Sapardi menjadikan topik “Pak Sapardi” trending di media sosial Twitter.

“Terima kasih Pak Sapardi Djoko Damono untuk karyanya yang meninggalkan kesan mendalam untuk saya. Dari tulisan bapak yang (tampak) sederhana, saya belajar banyak makna yang sama sekali tidak sederhana. Selamat jalan menuju keabadian pak,” tulis akun @RockNal

“Selamat jalan Pak Sapardi Hari ini masih hujan pak, meski tak lagi bulan Juni. #SapardiDjokoDamono,” tulis akun @Em_Alwi_A

Sosok Sapardi dikenal sebagai penyair, sekaligus dosen, pengamat sastra, kritikus sastra dan pakar sastra.

Sapardi lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Surakarta.

Sepanjang hidupnya ia telah banyak menciptakan karya yang membuat namanya dikenal di kalangan pegiat sastra.

Berikut ini sejumlah karya yang pernah dilahirkan Supardi

1. Hujan Bulan Juni

Hujan Bulan Juni adalah salah satu karya terkenal ciptaan Sapardi.

Hujan Bulan Juni bermula dari kumpulan puisi yang kemudian berkembang menjadi sebuah novel trilogi.

Novel ini bercerita mengenai kisah getir nan manis Sarwono dan Pingkan.

Novel ini juga diadaptasi ke dalam layar lebar yang diperankan oleh Adipati Dolken dan Velove Vexia.

Baca juga: Karya dan Perjalanan Sastra Sapardi Djoko Damono

Kumpulan puisi Hujan Bulan Juni bahkan telah dialihbahasakan ke dalam empat bahasa yakni Inggris, Jepang, Arab, dan Mandarin.

Kumpulan puisi ini terbit pada 1994 memuat 102 puisi yang ditulis dalam rentang waktu 1964-1994.

Berikut ini syair lengkap puisi Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Pramono yang terbit pada 1989:

Hujan Bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu

2. Yang Fana Adalah Waktu

Melansir dari Gramedia.com, Yang Fana adalah Waktu adalah seri ketiga dari trilogi Hujan Bulan Juni.

Novel ini berisikan sekitar 140 halaman, dengan kisah seputar hubungan Sarwono dan Pingkan.

Dimana Sarwono di Solo dan Pingkan di Kyoto mereka hanya berkomunikasi menggunakan surel. Saat hubungan jarak jauh berlangsung, orang ketiga pun datang.

Melansir dari Kompas.com (28/4/2020) Yang Fana Adalah Waktu dulunya merupakan judul puisi Sapardi yang termuat dalam kumpulan sajak Perahu Kertas (1983).

Berikut ini puisi Yang Fana Adalah Waktu:

Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
memungut detik demi detik,
merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa.
"Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?"
tanyamu.
Kita abadi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com