Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potret Banjir Luwu Utara dari Pengamatan Citra Satelit Lapan

Kompas.com - 18/07/2020, 15:27 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Banjir yang terjadi di Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Senin (13/7/2020), telah mengakibatkan 3.627 kepala keluarga atau 14.483 jiwa yang berasal dari tiga kecamatan harus mengungsi.

Para pengungsi itu tersebar di Kecamatan Sabbang, Baebunta, dan Masamba.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) memantau kerusakan yang terjadi akibat banjir melalui satelit SPOT-6 dan Pleiades pada Jumat (17/7/2020), yang diterima oleh Stasiun Bumi Penginderaan Jauh Lapan di Parepare.

Data tersebut selanjutnya diolah oleh tim Lapan di Jakarta dan dibandingkan dengan data satelit SPOT-7 sebelum kejadian pada 4 Oktober 2019.

“Hasil menunjukkan banjir bandang ini melalui Kecamatan Sabbang, Masamba, Baebunta, Malangke, dan Malangke Barat,” ujar Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Dr M. Rokhis Khomarudin, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (18/7/2020).

Baca juga: Saat Bupati Luwu Utara Jadi Korban Banjir dan Mengungsi Bersama Warga

Berikut ini hasil potret satelit Lapan terkait banjir di Luwu Utara:

Hasil Citra Satelit Banjir Malangke BaratLapan Hasil Citra Satelit Banjir Malangke Barat

Hasil Citra Satelit MalangkeLapan Hasil Citra Satelit Malangke

Potret banjir Masamba Luwu Utara dari citra satelit Potret banjir Masamba Luwu Utara dari citra satelit

Dari hasil tangkapan citra satelit tersebut, terlihat bahwa pada wilayah terdampak banyak bangunan di area pemukiman yang dilalui oleh banjir.

Selain itu, area persawahan dan perkebunan juga banyak yang rusak akibat terendam lumpur.

“Pada citra satelit, wilayah yang dilalui banjir bandang ini berwarna coklat karena keberadaan lumpur atau tanah yang mengering setelah 4 hari kejadian bencana,” kata Rokhis.

Data satelit juga menunjukkan adanya titik-titik longsor yang cukup banyak di wilayah hulu Sungai Sabbang, Sungai Radda, dan Sungai Masamba.

“Kondisi ini perlu diwaspadai untuk antisipasi kejadian bencana berikutnya,” ujar dia.

Baca juga: Banjir Bandang Landa Luwu Utara, Hutama Karya Terjunkan Alat Berat

Sebelumnya, Deputi Penginderaan Jauh Lapan juga menganalisis kemungkinan penyebab banjir Luwu Utara menggunakan citra satelit.

Dari kajian awal yang dilakukan, banjir kemungkinan tidak terkait dengan perubahan penutup lahan.

“Hasil analisa penutup lahan tersebut menunjukkan tidak ada perubahan yang cukup signifikan baik untuk penutup lahan hutan, pertanian, maupun lainnya,” ujar Rokhis, Jumat (17/7/2020).

Kondisi rumah dan mobil yang tertimbun lumpur akibat terjangan banjir bandang di Kecamatan Masammba, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Rabu (15/07). Setelah banjir bandang melanda, beberapa warga menyaksikan banyaknya potongan kayu besar memenuhi sungai.Antara Foto Kondisi rumah dan mobil yang tertimbun lumpur akibat terjangan banjir bandang di Kecamatan Masammba, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Rabu (15/07). Setelah banjir bandang melanda, beberapa warga menyaksikan banyaknya potongan kayu besar memenuhi sungai.
Meski demikian, Lapan menyebutkan, hasil analisis tersebut masih perlu dikaji lebih mendalam karena ada beberapa spot pembukaan lahan yang belum terlihat jelas dari citra satelit yang digunakan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com