KOMPAS.com - Hari ini 119 tahun lalu, 6 Juni 1901, merupakan hari kelahiran Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno.
Tentang hari kelahirannya itu, Soekarno memandangnya sebagai suatu pertanda baik karena serba 6.
"Hari lahirku ditandai oleh angka serba enam. Tanggal 6 bulan 6," kata Bung Karno dalam autobiografinya yang disusun oleh Cindy Adams 'Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat'.
"Adalah menjadi nasibku yang paling baik untuk dilahirkan dengan bintang Gemini, lambang kekembaran. Dan memang itulah aku sesungguhnya. Dua sifat yang berlawanan," sambung dia.
Kejadian lain yang dianggap sebagai pertanda nasib oleh Soekarno adalah meletusnya Gunung Kelud saat ia lahir.
Menurut dia, orang yang percaya takhayul meramalkan letusan itu sebagai penyambutan bayinya.
Namun, masa kecil Bung Karno banyak dilaluinya dengan penuh kekurangan dan sakit-sakitan.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Percobaan Pembunuhan Bung Karno Saat Shalat Idul Adha
Harian Kompas, 1 Juni 2001, memberitakan, pengalaman traumatis terjadi di masa lima tahun pertamanya.
Ia pernah menderita penyakit berturut-turut, seperti tifus, disentri, dan malaria yang berujung pada penggantian namanya dari Kusno menjadi Karno.
Penggantian nama Kusno menjadi Karno pun memberi satu mitos lagi dalam diri Soekarno kecil tentang dirinya sebagai calon pejuang dan pahlawan bangsanya.
Karno (Karna) merupakan nama seorang tokoh pewayangan putra Kunti yang berpihak pada Kurawa demi balas budi dan kewajiban membela negara yang menghidupinya.
Selain itu, di lingkungan sekolah ia harus berhadapan dengan anak-anak Belanda yang sudah terbiasa memandang lemah pribumi.
Bahkan, pengalaman itu tampak membekas kuat dalam ingatan Bung Karno. Menurut Cindy Adams, Bung Karno menafsirkan kegemarannya bersenang-senang sebagai kompensasi dari masa lalunya yang dirampas kemiskinan.
Meski dengan keterbatasan itu, ibunya, Ida Nyoman Rai, meyakini bahwa anaknya akan menjadi orang mulia dan pemimpin rakyat.