KOMPAS.com - Wabah virus corona jenis baru menyebar di seluruh dunia sejak akhir 2019. Namun, hingga saat ini, belum ada vaksin untuk melindungi tubuh terhadap penyakit yang disebabkan virus ini, yaitu Covid-19.
Para peneliti masih bekerja keras melakukan penelitian untuk membuat vaksin virus corona.
Virus tersebut menyebar dengan mudah sehingga mayoritas populasi dunia masih rentan terhadapnya.
Keberadaan vaksin penting untuk memberikan perlindungan dengan melatih sistem kekebalan tubuh melawan virus sehingga seseorang tidak menjadi sakit.
Hal ini nantinya memungkinkan penguncian dan jarak sosial menjadi lebih bisa dilonggarkan.
Melansir BBC, 18 Mei 2020, penelitian tentang vaksin virus corona masih terus dilakukan.
Sekitar 80 kelompok di seluruh dunia tengah meneliti vaksin dan beberapa di antaranya saat ini memasuki uji klinis.
Data percobaan manusia pertama menunjukkan perkembangan positif. Delapan pasien pertama menghasilkan antibodi yang dapat menetralkan virus.
Di Oxford, percobaan manusia pertama di Eropa telah dimulai dengan lebih dari 800 rekrutmen, dan telah menandatangani kesepakatan dengan AstraZeneca untuk memasok 100 juta dosis, dengan 30 juta untuk Inggris, jika berhasil.
Perusahaan farmasi besar, Sanofi dan GSK juga telah bekerja sama mengembangkan vaksin.
Sementara itu, para ilmuwan Australia mulai menyuntikkan dua vaksin potensial ke musang. Ini merupakan uji coba pra-klinis komperehensif pertama yang melibatkan hewan.
Para peneliti berharap untuk mengujinya pada manusia. Namun, tidak ada yang tahu seberapa efektif vaksin ini.
Baca juga: AS Janjikan Vaksin Virus Corona Bakal Dibagikan ke Seluruh Dunia
Para peneliti berharap untuk mencapai hasil yang maksimal hanya dalam beberapa bulan.
Sebagian besar ahli berpendapat bahwa suatu vaksin kemungkinan akan tersedia pada pertengahan 2021, yang berarti sekitar 12-18 bulan setelah virus SARS-CoV-2 pertama kali muncul.